Ahli: Belum Ada Bukti Hewan Tularkan COVID-19 ke Manusia
- VIVA/Vicky Fazri
VIVA – Pengelola Taman Marga Satwa Ragunan (TMR) masih menelusuri (tracing) awal mula dua harimau Sumatera piaraannya bisa terpapar COVID-19. TMR telah melakukan tracing kepada para petugas yang merawat satwa harimau tersebut.
Humas TMR Bambang Wahyudi mengatakan ketiga perawat satwa harimau telah dilakukan tes swab pada Senin. Ketiga petugas rawat satwa sebelumnya dilaporkan dalam keadaan sehat dan tidak ada gejala terpapar COVID-19.
"Untuk petugas perawat harimau tidak menunjukan gejala, fit ya. Artinya mereka semua normal-normal saja sehat ya, tapi kan belum dibuktikan dengan swab ya," kata Bambang Wahyudi saat dikonfirmasi.
Sebelumnya, Dokter Hewan Taman Marga Satwa Ragunan, drh Syafri Edward memastikan kondisi kesehatan kedua harimau Sumatera itu telah pulih dan akan diswab ulang. Pihak dokter juga akan melakukan pemeriksaan terhadap satwa lain dan kebersihan lingkungannya.
"Kalau mereka sudah negatif dari COVID, lingkungan akan lakukan observasi, sanitasi, yang paling penting kita lakukan tracing dari mana tertular dua harimau kita ini," ujarnya.
Pihak meminta masyarakat tidak perlu khawatir munculnya kasus COVID-19 pada satwa Ragunan. Sebab menurutnya, hewan tidak menularkan COVID-19 kepada manusia. "Sejauh ini tidak ada bukti ilmiah bisa menular ke manusia," tegasnya.
Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. drh Joko Pamungkas mengatakan kasus hewan terpapar COVID-19 bukan pertama kali terjadi.
Sebelumnya, ada seekor harimau di Kebun Binatang Bronx di New York dinyatakan positif COVID-19 karena tertular dari perawat hewan tersebut yang diduga terpapar COVID-19. Pun dengan dua harimau di Ragunan, Joko menduga keduanya juga terpapar karena tertular dari manusia.
"Keduanya (Harimau di Bronx Zoo dan Ragunan) indikasinya ditularkan dari manusia, dalam hal ini tentu saja keeper atau animal caretaker yang berpotensi menularkan ke harimau tersebut," kata Drh Joko Pamungkas di tvOne, Senin malam.
Joko berharap meskipun saat ini tidak ada gejala klinis yang memberatkan pada dua harimau Sumatera di Ragunan, tapi sebaiknya pengelola bisa membatasi kunjungan kepada siapapun yang ingin meninjau harimau tersebut untuk memberikan kesempatan beristirahat memulihkan diri.
Lebih jauh, Joko menyebut kasus dua harimau Ragunan yang terpapar COVID-19 memang kasus pertama di Indonesia. Namun, dalam kasus global banyak dilaporkan satwa liar maupun peliharaan yang terpapar COVID-19.
"Saat ini yang dilaporkan terinfeksi SARS-CoV-2 ini pada hewan satwa liar maupun peliharaan, ada satwa liar harimau, gorila, kemudian hewan kesayangan dilaporkan anjing, kucing, walaupun memang tidak semuanya meninmbulkan gejalan klinis berarti dan tidak menyebabkan hewan tersebut," ujarnya.
Menurut Joko, hewan-hewan peliharaan rentan tertular COVID-19 karena punya interaksi intens dengan manusia atau pemiliknya. Semua kasus hewan peliharaan yang terpapar COVID-19 tertular karena ada kontak erat dengan pemiliknya yang terinfeksi COVID-19.
"Jadi penularan itu terjadi, tapi indikasi bahwa dia akan menularkan ke hewan lain atau ke manusia lagi itu belum ada (kasusnya)," ungkapnya
Namun demikian, Joko meminta semua pihak agar menerapkan kehati-hatian. Sebab, penyebaran atau mutasi virus ini adalah sesuatu yang baru dan terus berkembang. Sekalipun belum ada kasus hewan bisa menularkan virus Corona kepada manusia tapi semua diimbau agar selalu waspada.
"Jangan menganggap remeh tapi juga jangan over reacting. Jangan juga karena ada laporan kucing terinfeksi, anjing terinfeksi, ramai-ramai seperti kejadian di Korea dibuang, dibunuh dan sebagainya," terang Joko
"Yang penting menurut saya, bagi penderita COVID-19 yang memiliki hewan peliharaan agar tidak melakukan kontak erat atau dekat dengan mereka sehingga mereka tertular," sambungnya.