Hutan Wanagama UGM Difungsikan Sebagai Shelter Isoman COVID-19

Shelter Isoman Wanagama
Sumber :
  • dok Humas UGM

VIVA – Universitas Gadjah Mada (UGM) mengalih fungsikan rumah peneliti di Hutan Wanagama, Bunder, Kabupaten Gunungkidul sebagai shelter isolasi pasien positif COVID-19 bergejala ringan. Rumah peneliti Wanagama UGM ini mulai bisa difungsikan sebagai shelter pada Jumat 30 Juli 2021.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Dekan Fakutas Kehutanan UGM Budiadi mengatakan bahwa sudah ada perjanjian kerja sama antara pihaknya dengan Pemkab Gunungkidul. Nantinya shelter ini akan dikelola oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Kabupaten Gunungkidul.

“Ini kedua kalinya Wanagama digunakan sebagai shelter. Sebelumnya untuk warga yang reaktif rapid test. Saat ini yang ditempatkan adalah yang sudah betul-betul positif,” kata Budiadi.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Budiadi menjabarkan UGM berusaha semaksimal mungkin untuk menyumbangkan sumber daya yang dimiliki bagi penanganan COVID-19. Pemanfaatan rumah peneliti Wanagama sebagai shelter diharapkan dapat mendukung upaya pemerintah daerah dalam menangani pasien dan menekan angka kematian.

“Di sini isolasi bisa maksimal karena tidak berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan lingkungannya lebih sehat. Mudah-mudahan jika diisolasi di sini lebih cepat sembuh karena kondisinya mendukung,” tutur Budiadi.

Inovasi UGM: Alat Deteksi Cepat Kandungan Babi dalam Makanan, 5-10 Menit Langsung Ketahuan

Shelter Wanagama ini sendiri memiliki kapasitas sebanyak 51 tempat tidur. Selain kamar isolasi, terdapat kopel khusus IGD yang dilengkapi dengan konsentrator oksigen, serta ruangan khusus bagi tenaga kesehatan.

Sementara itu Bupati Gunungkidul Sunaryanta menyebut bahwa shelter Wanagama menjadi satu dari sejumlah shelter isolasi yang dikelola oleh pemerintah kabupaten. Keberadaan shelter terpadu, sambung Sunaryanta, menjadi penting mengingat jumlah kasus di Kabupaten Gunungkidul masih cukup tinggi.

“Kerja sama ini sangat penting bagi kami. Meski beberapa hari ini menurun, namun jumlah yang isoman masih cukup tinggi, sekitar 2.500 orang,” terang Sunaryanta.

Sunaryanta berharap dengan berada di shelter terpadu, kondisi pasien yang melakukan isolasi mandiri dapat terpantau dan lebih cepat mendapat penanganan. Harapannya tidak ada lagi masyarakat yang meninggal ketika melakukan isolasi mandiri di rumah dan terlambat dibawa ke rumah sakit.

“Mudah-mudahan dengan cara-cara yang diambil oleh pemerintah dengan bekerja sama dengan para stakeholder, di samping vaksinasi yang terus didorong, tidak lama lagi kasusnya mulai turun,” pungkas Sunaryanta.

Baca juga: Warga Gerebek Pasangan Diduga Mesum di Aceh, Sang Wanita Positif COVID

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya