Debat Teduh Habib Abubakar-Gus Nadir soal Ucapan Menag ke Bahai
- Ist
VIVA – Kontroversi Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang mengucapkan selamat merayakan Hari Raya Naw-Ruz 178 EB kepada masyarakat pemeluk Baha'i di Indonesia masih bergulir. Pro kontra muncul seiring tagar 'Menag' yang menjadi trending di jagat Twitter Indonesia pada Rabu, 28 Juli 2021.
Polemiknya adalah seputar ucapan Menag kepada umat Baha'i yang dinilai sebagian netizen adalah agama tidak diakui di Indonesia. Sebaliknya, kubu netizen lain membela sikap Menag Yaqut yang justru memperlihatkan toleransi dan saling menghormati kepada pemeluk agama dan keyakinan yang ada di Indonesia.
Dua tokoh Nadlatul Ulama, Habib Abubakar bin Hasan Assegaf dengan Gus Nadir pun tak luput dari perdebatan seputar ucapan hari raya umat Baha'i di jagat maya. Keduanya saling berbalas cuitan soal itu.
Habib Abubakar yang juga Wakil Rais Syuriah PBNU Kabupaten Pasuruan, awalnya merespon video ucapan Menag dengan mengunggah fatwa ulama Al Azhar, Kairo, yang menyatakan bahwa Baha'iah atau aliran Baha'i sesat.
Unggahan itu pun direspon cuitan Gus Nadir melalui akunnya @na_dirs.
"Bib @abubakarsegaf yg kami sayangi, panjenengan blg Baha’i sesat dari ajaran Islam. Gus Yaqut malah menganggap mrk agama tersendiri, bukan bagian dari agama Islam. Lantas masalahnya dimana, Bib? Kalau Gus Yaqut blg mereka bagian dari agama Islam, baru “bermasalah”. Gimana, Bib?" tulis Gus Nadir di akunnya.
Menurut Rois Syuriah PCI NU Australia ini, banyak agama dan keyakinan lain di Indonesia, selain 6 agama resmi yang diakui di Indonesia. Mereka bebas beribadah dan dijamin konstitusi. Hanya saja, mereka tidak difasilitasi oleh negara sebagaimana 6 agama resmi.
Sekarang giliran Habib Abubakar Assegaf melalui akunnya @abubakarsegaf membalas cuitan Gus Nadir.
"Salam Ta’dzim gus. Memang Gus Yaqut tidak menyebut Baha’i sebagai bagian dr Islam, bahkan sebenarnya baha’i mmg bukan Agama , taoi disebut “Tho’ifah Khorijah anil Islam (Kelompok yg keluar dr Islam dg nyata) mksd kami tdk ada relefansinya menyampaikan Tahni’ah kpd mereka-," tulisnya.
Habib Abubakar khawatir ucapan hari raya, apalagi dengan mengutip kitab suci dan ritual Baha'i akan dianggap melegitimasi kebenaran ajaran mereka, termasuk oleh pemeluknya. Seharusnya Kemenag melakukan pembinaan untuk kembali kepada ajaran yang benar, jika tidak mau tak perlu diberi ucapan.
"Ini juga untuk menghindari kegaduhan dikalangan ummat, ini pendapat saya. Dan karena banyak yg tanya tentang BAHA’I maka saya berikan penjelasan yg dikeluarkan oleh Majlis Ifta’ Al-Azhar Mesir ttg Aliran (bukan Agama) Baha’i. Ini mirip2 dg Ahmadiyyah. Demikian Gus @na_dirs," ungkapnya
Habib Abubakar menyebut ajaran Baha'i sesat karena masih mencatut simbol-simbol Islam, mirip Ahmadiyah dan ajaran Lia eden. Diantaranya mengakui adanya nabi lain, syari’at mereka menaskh (menghapus syari’at Islam), salat 9 rakaat.
Kemudian, Allah itu bisa menyerupai manusia, ketuhanan (uluhiyyah) itu hakikatnya harus bertempat di jasad manusia dan berpindah-pindah dari satu jasad ke jasad yang lain, hingga kesempurnaannya ada di sosok Mirza Husain yg berjuluk 'Albaha'. Mereka juga meyakini bahwa risalah kerasulan masih terus berlangsung hingga saat ini.
"Jadi clear ada unsur pelecehan terhadap Islam, berbeda dengan 6 Agama yg disebut gus
@na_dirs mereka memang keyakinannya Mustaqill , dan tidak mencatut2 ritual/keyakinan Islam sama sekali," terang Habib Abubakar
Gus Nadir membalas cuitan Habib Abubakar sambil mempertanyakan dimana letak pelecehan Baha'i terhadap agama Islam. Apalagi, mereka juga tidak mengklaim sebagai agama Islam. Pemerintah juga tidak mengklaim mereka bagian dari agama Islam.
"Kalau bahasa kita selalu soal sesat & pelecehan, dunia gak akan damai ya Habibana. Yahudi sesat & melecehkan Nasrani, vice versa. Islam pun demikian. Yg penting semua beribadah dg keyakinannya. Begitu jg dg Baha’i. Kita gunakan bahasa slg menghormati. Itu yg dilakukan Gus Menag," ujar Gus Nadir
Meskipun debat kedua tokoh NU itu cukup panas, ujungnya baik Gus Nadir maupun Habib Abubakar pun saling mendoakan dan menghormati satu sama lain. Selama cuitannya pun, Gus Nadir selalu mengawali kalimat doa dan sanjungan kepada Habib Abubakar yang merupakan dzuriyyat Rasul. Pun dengan Habib Abubakar yang selalu menggunakan kalimat santun.