Bela Jokowi soal Muazin, Ini Profil Tuan Guru Bajang

Tuan Guru Bajang.
Sumber :
  • VIVA/Lilis Khalisotussurur

VIVA – Baru-baru ini, Presiden Joko Widodo menjadi perbincangan lantaran menyebutkan kata ‘muazin’ saat Iduladha 1442 Hijriah kemarin. Terkait hal tersebut, mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) pun angkat bicara.

Jokowi Ajak 2 Cucunya Nonton Laga Timnas Indonesia Vs Filipina di Manahan

Kata yang dilontarkan Jokowi itu sempat menjadi sorotan karena saat Iduladha memang tidak ada azan. Melalui laman Instagram resmi miliknya, Majdi yang akrab disapa dengan sebutan TGB itu memberikan pembelaan.

“Banyak yang komen terkait kata ‘muazin’ dalam postingan Pak Jokowi @jokowi di twitter. Tidak sedikit yang membully dan menertawakan. Alasannya, tidak ada azan dalam shalat Id sehingga tidak perlu muazin,” tulis TGB di laman Instagram miliknya @tuangurubajang, Kamis 22 Juli 2021.

Penjelasan OIKN soal Heboh Aguan Investasi di IKN Demi Selamatkan Jokowi

Padahal, kata TGB, istilah muazin juga digunakan dalam shalat Id. Hanya saja, yang diserukan bukan azan biasa, tetapi ucapan Ash-Shalatu Jamiah.

Tuan Guru Bajang sendiri merupakan seorang politisi Indonesia yang sempat menjabat sebagai Gubernur di NTB menggantikan Lalu Serinata selama 10 tahun atau dua periode, yaitu pada tahun 2008-2013 dan 2013-2018.

Jokowi Tanpa Partai dan Diisukan Gabung Golkar, Bahlil: Kami Selalu Terbuka kepada Siapa Saja

Sebelumnya, pada tahun 2004-2009, TGB juga diketahui pernah menjadi anggota DPR RI. Saat itu, ia berasal dari Partai Bulan Bintang yang membidangi masalah pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan kebudayaan (Komisi X).

Ia lahir di Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat pada 31 Mei 1972.  Majdi merupakan putra ketiga dari pasangan H.M. Djalaluddin, SH dan Hj. Rauhun Zainuddin Abdul Madjid.

Muhammad Zainul Majdi mengenyam pendidikan di Ma’had Darul Qur’an Wal-Hadist Pancor dan lulus pada tahun 1991. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di luar negeri dan mengambil program studi S1 Jurusan Tafsir dan Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Fakultas Ushuluddin di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.

Pada tahun 1995, ia berhasil meraih gelar sarjana. Tak berhenti di sana, ia kembali menempuh pendidikan S2 dan S3 di bidang dan perguruan tinggi yang sama. Pada tahun 2010, ia akhirnya mendapatkan gelar doktor.

Sebelum terjun ke dunia politik, TGB merupakan seorang dai yang bergabung dalam organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam, Nahdlatu Al-Wathan. Bahkan, ia sempat menjadi Ketua Umum PB Nahdlatu Al-Wathan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya