BEM FISIP Unpad Sebut Kami Bersama Presiden Jokowi, Ada Tapinya

Poster Kami Bersama Presiden Jokowi tapi Boong oleh BEM Fisip Unpad
Sumber :
  • Instagram BEM Fisip Unpad

VIVA – Giliran Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (BEM FISIP Unpad) melakukan kritik terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan membuat pamflet atau poster di media sosial.

Jokowi Hadiri Kampanye Akbar Ahmad Luthfi-Taj Yasin di Grobogan dan Blora

Diunggah ke akun Twitter, BEM FISIP Unpad membuat beberapa poster yang awalnya memberikan dukungan kepada Presiden Jokowi. Namun ternyata dukungan tersebut tidak segamblang yang ditunjukkan ada pesan terselubung di dalamnya.

BEM FISIP Unpad menampilkan sejumlah kritikan kebijakan yang dibuat oleh Presiden Jokowi baik pada periode pertama Kabinet Indonesia Kerja maupun periode kedua Kabinet Indonesia Maju.

Sarapan Bareng Paslon Luthfi-Yasin dan Raffi Ahmad, Jokowi Ngaku Tak Diundang Kampanye di Solo

“Kami bersama Presiden Jokowi. Tapi boong,” tulis caption poster yang dikutip pada Jumat, 16 Juli 2021.

Presiden Jokowi dianggap sering kali bertindak atau berkata yang pada akhirnya akan kontras dengan kebijakan yang dibuat. Berbagai gimmick dan lip service yang dibuat pun nyatanya hanya sebagai pemanis, mulai dari gimmick terbuka terhadap kritik hingga menggunakan pakaian adat.

Sarapan Bareng Ahmad Luthfi, Jokowi: Calon Pemimpin Harus Mampu Yakinkan Rakyat

Mulai dari beda instruksi beda pelaksanaan tentang KPK, carut marut penanganan COVID hingga bagi-bagi kursi kepada keluarga dan rekan dekat.

“Kami akan bersama Presiden Jokowi jika Presiden Jokowi serius dan berkomitmen kepada rakyat Indonesia. Cepat penuhi janji dan perkataannya pak. Jangan bohong lagi!” lanjutnya.

Berikut isi kritikan BEM FISIP Unpad yang dibuat dalam bentuk poster.

Satu, Presiden antikritik. Yang kritik kena delik hingga diserang buzzer.

Dua, Presidennya pakai bahu adat, tapi di negaranya masyarakat adat dikriminalisasi.

Tiga, Presiden bilang A, jajarannya malah B. Empat, pemimpin bingung hadapi krisis, anti lockdown hingga kebijakan bermasalah. Lima, kursi pejabat publik hingga Komisaris BUMN untuk semua keluarga dan rekan dekat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya