Luhut Diskusi Penanganan COVID-19 dengan Guru Besar FKUI, Ini Hasilnya
- Kemenko Marves
VIVA – Selain berdiskusi dengan epidemolog, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan melakukan diskusi secara virtual bersama Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Menko Luhut didampingi oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Diskusi ini guna mendapat masukan dari para ahli dalam penanganan Pandemi COVID-19 dan penerapan kebijakan PPKM Darurat.
“Saya sudah diskusi bersama beberapa ahli, dan saat ini saya minta masukan dari Guru Besar FKUI, sehingga dapat menjadi acuan dalam langkah-langkah yang akan kami tentukan ke depannya dalam penerapan PPKM Darurat ini,” ungkap Menko Luhut dikutip dalam keterangan resmi Kementerian, Jumat 16 Juli 2021.
Baca juga: Investasi Rp2 Triliun, Bendungan Way Apu Ditarget Selesai Agustus 2023
Diskusi tersebut dibuka dengan pemaparan terkait kondisi PPKM Darurat yang telah dilaksanakan dari tanggal 3-14 Juli 2021. Hal ini disambut baik oleh para Guru Besar.
Salah satunya, Prof Salim Harris. Dia mengatakan bahwa yang perlu dilihat adalah dampak berlanjut dari mobilitas yang menurun karena saat ini angka konfirmasi positif masih terus naik tinggi.
Hal ini ditanggapi Menko Luhut bahwa menurut teori efektif, angka akan turun setelah masa inkubasi sekitar dua sampai tiga minggu, sehingga PPKM Darurat masih sangat dibutuhkan untuk mengurangi mobilitas masyarakat.
Selanjutnya, diskusi dilanjutkan oleh Dekan FKUI, Prof. Ari Fahrial Syam. Menurut Dekan tersebut, saat ini FKUI telah melakukan berbagai penelitian dan percobaan yang dapat mendukung pemulihan pasien COVID-19 seperti Stem Cell dan Genome Sequencing.
"Kami membutuhkan dukungan dari Pemerintah untuk dapat meluncurkan penelitian ini,” ujarnya.
Selain itu, FKUI bersama dengan FTUI sedang berupaya melakukan pengembangan terhadap ventilator dan oxygen concentrator yang telah masuk juga ke E-Catalogue yang diterbitkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
“Hal ini sangat bagus Prof, Pemerintah akan terus mendukung apalagi penelitian serta alat ini merupakan buatan anak bangsa, sehingga kita perlu mempercepat proses penelitian ini agar dapat membantu pasien dan produksi alat kesehatan. Kami akan terus menindak lanjut perkembangannya dengan FKUI,” sambut Menko Luhut.
Sumber daya manusia tenaga kesehatan (nakes) juga menjadi perhatian para Guru Besar FKUI. Prof Siti Setiati menyampaikan bahwa perlindungan untuk para nakes harus segera diutamakan.
“Kami minta tolong pak untuk suntikan vaksin ke-3 bagi para Nakes, tolong segera diluncurkan, karena saat ini sudah banyak nakes yang mulai kelelahan,” ujarnya.
Selain itu, Prof Siti juga meminta dipastikannya jumlah ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para nakes dan tempat perawatan jika mereka terpapar virus COVID-19. Pernyataan ini disambut oleh Prof Budi Wiweko mengenai kelanjutan grand design pendayagunaan SDM yang menunjukkan kebutuhan SDM yang sangat besar.
“Dengan adanya skema penambahan nakes dari mahasiswa kedokteran dan perawat yang baru lulus, kita dapat meminta mereka sebagai vaksinator. Untuk Dokter Spesialis COVID-19 dapat fokus kepada pasien di HCU dan ICU, dan Dokter Spesialis lintas sektor dapat membantu bagi pasien dengan Gejala Ringan atau Orang Tanpa Gejala (OTG),” jelas Prof Budi.
Sementara itu, Prof Hindra Irawan Satari juga memberi tambahan terkait penambahan nakes. APD bukan hal utama yang dapat melindungi mereka dari paparan COVID-19, tetapi aliran ventilasi udara di Rumah Sakit, pengaturan jam kerja, serta pengaliran sumber daya manusianya merupakan hal utama yang dapat membantu nakes untuk tetap bekerja dengan baik.
“Nakes yang akan kita minta bertempur dengan COVID-19 ini adalah mereka yang baru lulus, dan mereka merupakan aset bangsa sehingga kita harus menjaga mereka sebaik mungkin,” tambahnya.
Menanggapi soal pendayagunaan nakes ini, Menko Luhut menyampaikan bahwa dokter dan perawat akan diberikan insentif yang baik dari penyediaan fasilitas istirahat yang layak, jaminan BPJS kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, serta alokasi biaya komunikasi.
Masalah ini juga ditanggapi oleh Menkes Budi. Dia mengatakan, saat ini pihak Kemenkes juga sedang mempersiapkan langkah-langkah terbaik untuk menyambut teman-teman nakes yang akan membantu. "Baik dari insentif, fasilitas, dan kebutuhan lainnya,” kata Budi,.
Diskusi dilanjutkan dengan saran yang disampaikan oleh Prof Soedjatmiko terkait upaya pencegahan yang dapat dilakukan di hulu. Disampaikan bahwa hal utama yang perlu dihindari adalah masih banyaknya masyarakat yang berkumpul dengan orang yang tidak satu rumah.
“Saat ini telah banyak penularan yang terjadi karena klaster keluarga, oleh karena itu kita harus dapat menghindari berkumpul lebih dari 5–6 orang, kita harus bisa memperketat usaha di Hulu agar usaha kita di hilir seperti pengurangan moblitas dan vaksinasi juga efektif,” tuturnya.
Menko Luhut yang juga Koordinator PPKM darurat ini menyampaikan bahwa upaya patroli tengah dilakukan. Dengan kerja sama dari Pemerintah Daerah, bersama TNI dan Polri untuk melihat dan masuk ke unsur-unsur masyarakat agar dapat menertibkan masyarakat.
“Memang yang kita butuhkan adalah kesadaran diri masing-masing dan juga perubahan perilaku di masyarakat untuk sadar situasi COVID-19 saat ini,” ujarnya.
“Sejauh ini, kita masih harus terus bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, saling mengingatkan, agar dapat terjadinya penurunan kasus Covid-19. Saya berterima kasih kepada seluruh Guru Besar FKUI yang menyempatkan waktunya untuk berdiskusi dan memberikan masukan serta dukungan dalam penyelesaian pandemi ini. Saya harap dengan kerja sama kita, pandemi ini dapat tertangani dengan baik,” tutup Menko Luhut.