Ruang Perawatan COVID-19 Nyaris Penuh, RSUP Sardjito Mulai Deg-degan

Relawan membangun tenda barak di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu, 27 Juni 2021, untuk mengantisipasi membludaknya pasien COVID-19 seiring lonjakan kasus penularan.
Sumber :
  • ANTARA/Hendra Nurdiyansyah

VIVA – Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito di Yogyakarta mulai mendirikan tenda darurat sebagai antisipasi jika jumlah pasien COVID-19 yang datang ke RS itu melampaui kapasitas.

Tujuan Mulia Dokter Marlina Putri, Eks Relawan Nakes Covid-19 Ingin Jadi Polisi

"Tenda kita dirikan untuk mengantisipasi manakala pasien-pasien COVID mau masuk tapi harus menunggu karena berbagai hal, seperti persiapan poli, IGD, bangsal, itu perlu waktu," kata Direktur Utama RSUP Dr Sardjito Rukmono Siswishanto saat konferensi pers secara daring bersama Forum Wartawan Kepatihan Yogyakarta, Senin, 28 Juni 2021.

Menurut Rukmono, saat ini tenda darurat itu belum digunakan. Tenda hanya akan digunakan apabila jumlah pasien COVID-19 mulai membludak.

China Lakukan Eksperimen Virus Baru Mirip COVID-19 di Wuhan, Elon Musk: Mengkhawatirkan

Ia menyebutkan sampai saat ini RSUP Dr Sardjito memiliki 303 tempat tidur (bed) untuk pasien COVID-19 mulai dari anak-anak hingga dewasa. Dari jumlah itu, 27 bed di antaranya kategori bed kritikal atau ICU.

Menurut dia, bed ICU menjadi perhatian karena tingkat keterisiannya sudah mencapai 80 persen. Sementara keterisian bed non-kritikal atau isolasi masih 56 persen.

Ekonomi Nasional Hadapi Jatuh Tempo Utang Pemerintah Era COVID-19 dan Ancaman Krisis Finansial

"Artinya, kalau ada tambahan [pasien COVID-19 harus dirawat di ruang] ICU lagi mungkin kita akan kesulitan. Yang akan diterima itu diutamakan yang pasien ada perburukan. Sekitar 18 persen membuat kita deg-degan," katanya.

Sementara untuk kondisi IGD, ia mengatakan RSUP Sardjito memiliki dua IGD, yakni IGD reguler dan khusus pasien COVID-19.

Menurut dia, pasien COVID-19 yang memeriksakan diri melalui IGD juga mengalami peningkatan. Kemarin ada 202 pasien dan 165 orang di antara mereka tidak perlu dirawat, tetapi wajib isolasi mandiri di rumah atau di tempat karantina khusus. Meski begitu, mereka tetap di pantau: kalau ada pemburukan harus dirujuk ke rumah sakit.

Melonjaknya keterisian IGD di Sardjito diakui Rukmono karena banyak rumah sakit lain yang layanan IGD-nya harus buka-tutup. (ant)

ilustrasi kanker

Penyintas COVID-19 Berpotensi Mengalami Kanker Paru? Simak Penjelasan Dokter!

Apakah penyintas COVID-19 berisiko terkena kanker paru? Simak penjelasan dokter tentang kaitan infeksi virus dengan kesehatan paru-paru di sini.

img_title
VIVA.co.id
11 Maret 2025