Gajah Betina Mati Membusuk Mengenaskan, Polisi Kesulitan Usut
- ANTARA/Carminanda
VIVA – Pihak kepolisian menemukan banyak kesulitan dalam mengusut kasus kematian gajah betina yang ditemukan membusuk di kawasan Hutan Produksi (HP) Air Teramang, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu beberapa waktu lalu.
Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Bengkulu Kombes Pol Sudarno menyatakan, polisi kesulitan menemukan bukti petunjuk yang mengarah ke pelaku kejahatan, mengingat lokasi penemuan bangkai gajah itu berada di dalam kawasan hutan dan tidak ada saksi.
"Memang di hutan itu agak kesulitan kami mengumpulkan bukti-bukti. Akibatnya kami juga kesulitan menemukan siapa pelakunya. Kalau memang ada saksi pasti kami lakukan penegakan hukum," kata Kombes Sudarno, di Bengkulu, Senin.
Ia menambahkan, proses penyelidikan sudah dimulai oleh Polres Mukomuko sejak bangkai gajah betina berusia 35 tahun itu ditemukan di sekitar lokasi konsesi PT Bentara Arga Timber (BAT), Kabupaten Mukomuko pada 25 Mei lalu.
Namun, kata Sudarno, hingga kini belum ada perkembangan yang signifikan terhadap penyelidikan kasus kematian satwa langka dan dilindungi tersebut.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu-Lampung Said Jauhari mengatakan, pihaknya belum bisa menyimpulkan penyebab kematian gajah sumatera tersebut.
Ia menyampaikan pihak Laboratorium Biologi Universitas Bengkulu (Unib) hingga kini belum selesai melakukan pemeriksaan spesimen, sehingga penyebab kematian gajah tersebut apakah murni kematian biasa atau karena hal lain belum bisa diketahui.
"Kalau berapa lama lagi hasilnya keluar saya tidak bisa menjawab, karena itu menjadi kewenangan pihak laboratorium. Sekarang spesimennya masih diperiksa, jadi kami belum bisa simpulkan penyebab kematiannya apa benar karena racun atau mati biasa," ujar Said.
Menurutnya, pihak kepolisian saat ini juga masih melakukan penyelidikan untuk mengusut penyebab kematian gajah betina tersebut. Sebab, ada indikasi jika gajah tersebut mati dibunuh, karena tidak jauh dari lokasi penemuan bangkai gajah tersebut ditemukan sabun batangan yang di dalamnya diduga diisi racun.
"Karena tidak jauh dari TKP itu ada racun sabun yang ditemukan, tetapi kami belum bisa menyimpulkannya, karena belum ada hasil pemeriksaan dari laboratorium," demikian Said. (Ant/Antara)