Kasus Meninggal karena COVID-19 di Kota Malang Meroket
- VIVA.co.id/ Lucky Aditya.
VIVA - Kemunculan klaster perkampungan penyebaran COVID-19 di Kota Malang diikuti tingginya angka kematian akibat virus ini. Kasus meninggal dunia terus meroket hingga tiga kali lipat dari rata-rata pemakaman dalam beberapa bulan terakhir.
"Biasanya itu agak melandai antara 2 sampai 3 orang per hari kami memakamkan. Tapi hari ini 11 cukup banyak. Dan ini terbanyak di bulan ini," kata Kepala UPT Pemakaman DLH Kota Malang, Taqroni Akbar, Kamis, 24 Juni 2021.
Taqroni mengatakan tingginya angka kematian karena dampak klaster perkampungan yang tersebar di beberapa wilayah di Kota Malang. Selain berdampak pada meningkatnya ketersediaan bed di rumah sakit. Juga berdampak pada tingginya angka pemakaman.
"Ya ini mungkin dampak klaster yang baru itu kan banyak. Jadi kami hari ini juga banyak memakamkan. Apalagi rumah sakit saat ini juga penuh. Kayaknya virus ini mengganas lagi daripada sebelumnya," ujar Taqroni.
Baca juga: Anggota DPRD Jember yang Positif COVID-19 Bertambah
Taqroni meminta masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19. Apalagi jumlah petugas pemakaman terbatas. Sehingga dia meminta masyarakat turut waspada dengan penyebaran COVID-19.
"Perketat prokes. Petugas kami juga terbatas. Kalau tim saya personel delapan orang, BPBD lima orang dan ada PMI sepuluh petugas. Tapi semuanya alhamdulilah masih teratasi," tutur Taqroni.
Sebelumnya, di Kota Malang banyak bermunculan klaster perkampungan. Seperti di kawasan Tlogomas, Rampal Celaket, Lowokdoro, Jaksa Agung Suprapto, Bandulan dan Dinoyo.
Wali Kota Malang, Sutiaji, mengatakan untuk menekan kembali penyebaran COVID-19 di wilayahnya, Pemerintah Kota Malang akan mengefektifkan kembali peran posko Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro di tingkat RT/RW. Lalu kesadaran tentang penerapan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 harus terus ditingkatkan.
"Pertama, penguatan pemahaman masyarakat bahwa COVID-19 belum berlalu. Kedua informasi kepada masyarakat bahwa ada varian baru yang lebih ganas," tutur Sutiaji.