Anis Ajak Setop Pembelahan Politik di Tengah Masyarakat

Anis Matta, Ketum DPN Partai Gelora
Sumber :
  • Humas Partai Gelora

VIVA – Perbedaan pilihan politik, membuat pembelahan terjadi di tengah-tengah masyarakat. Hal itu juga terlihat di media sosial. Padahal dulu, generasi muda membangun persatuan untuk membawa bangsa menjadi lebih baik.

ICW Catat 33 Provinsi Gelar Pilkada Terindikasi Kuat Punya Paslon Terafiliasi Dinasti Politik

Dalam sejarah Tanah Air, dari era Gajah Mada lahir Sumpah Palapa yang menginstruksikan persatuan. Lalu Sumpah Pemuda, yang menjadi pelecut semangat untuk melawan penjajah hingga 1945 Indonesia merdeka.

"Kita perlu sumpah ketiga, Sumpah Tekad Indonesia, sumpah yang bisa menyatukan semangat nasionalisme baru, menjadikan Indonesia sebagai kekuatan kelima dunia,” ujar Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta, dalam keterangannya, Kamis 24 Juni 2021. 

Jelang Pencoblosan Pilkada Serentak, MUI Ingatkan Masyarakat Pilih Pemimpin Hukumnya Wajib

Sumpah ketiga pasca Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda yang menyatukan Tanah Air, menurut Anis perlu digalakkan. Sumpah Tekad Indonesia, adalah ikrar dan narasi bersama menghadapi tantangan ke depan yang tidak gampang. Apalagi di tengah krisis saat ini.

Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menegaskan, konsolidasi seluruh elemen bangsa perlu dilakukan. Selain inovasi akal kolektif sebagai bangsa. 

Bawaslu Wanti-wanti Paslon di Kampanye Terakhir: Cegah Politik Uang dan Fitnah, Fokus Program

Menurut dia, Indonesia harus bisa menjadi bagian dari kepemimpinan global, ketika seluruh dunia tengah mengalami krisis sistemik, yang diperparah krisis pandemi COVID-19 saat ini. 

“Pertama ada krisis lingkungan, kedua krisis sosial akibat ketimpangan ekonomi. Ketiga disrupsi terus menerus akibat inovasi teknologi, dan keempat konflik politik antara dua kekuatan utama dunia, yaitu Amerika dan China,” katanya. 

Persoalan ini membuat kepemimpinan global tidak bisa bekerja efektif. Akibatnya, menurut Wakil Ketua DPR periode 2009-2014 itu, membuat banyak negara gamang termasuk di Indonesia.

“Saya ingin mengatakan, bahwa sebenarnya akar dari pembelahan yang terjadi di masyarakat kita ini, merupakan fenomena yang sama juga ditemukan di seluruh dunia,” katanya. 

Pembelahan ini tidak terlepas dari dukungan politik terutama pada Pilpres lalu. Akibatnya, semua menjadi bingung dan tidak jelas memahami arah sejarah bangsa.

“Kita semua mengalami kebingungan kolektif, kita gagal memahami dan tidak tahu arah sejarah yang sedang kita tuju, itu kemana? Kebingungan ini ada pada para pemimpin kita sekarang,” katanya.

Maka jika pembelahan ini terus terawat tanpa dicarikan solusinya, akan berbahaya. Menurut Anis, ancaman besar bagi suatu negara adalah pembelahan sosial, selain ancaman militer dari negara lain.

“Ancaman ini akan menjadi jauh lebih serius disebabkan krisis yang sekarang semakin berkembang. Di sinilah perlunya kita sebuah sumpah ketiga, Sumpah Tekad Indonesia untuk menyatukan arah sejarah, mengkonsolidasi seluruh potensi kita dan membuat kita bisa fokus menyelesaikan krisis sekarang,” jelasnya.

Bivitri Susanti

Bivitri Bilang Pilkada Jadi Pertaruhan Kekuasaan Jaga Stabilitas Politik

Pakar Hukum STIH Jentera, Bivitri Susanti mengingatkan masyarakat bahwa pada 27 November 2024, adalah ajang politik yang penting untuk menentukan calon kepala daerah.

img_title
VIVA.co.id
26 November 2024