Said Aqil Ungkap Lima Perang Masa Kini, Keempat Paling Ngeri

Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siroj
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

VIVA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengungkap lima perang besar yang terjadi di masa kini, dan harus dimenangkan oleh bangsa Indonesia. 

Menurut Said, perang yang dimaksud bukan perang fisik. Tapi perang pengaruh atau disebut sebagai perang peradaban, yang dampaknya lebih berbahaya dari perang fisik.

"Perang ini dapat merebut, merubah cara berfikir masyarakat hingga pada akhirnya suatu bangsa akan tunduk dan tergantung bangsa lain," kata Said Aqil dalam pidatonya di Haul Emas KH Wahab Chasbullah dikutip melalui NU Channel, Rabu, 23 Juni 2021.
  
Pertama, kata Said, Perang Kebudayaan Pop. Manusia era sekarang, sejak bangun tidur hingga tidur lagi dijejali konten-konten film, musik, game, animasi dan lain sebagainya, dan semuanya sangat mudah diakses melalui gawai atau smartphone.

"Bangun tidur sampai tidur lagi orang dijejali konten film, musik, game, animasi dan lain-lain. Kalau kita yang tua-tua mungkin sudah enggak kober barangkali, tapi cucu kita ini bagaimana nanti?" ujarnya.

Kedua, Perang Digital. Said mengatakn semua negara saat ini berlomba-lomba membuat platform digital untuk menciptakan ketergantungan, memotret perilaku dan algoritma bangsa lain agar selalu dalam kendali.

"Jadi negara besar ini bagaimana mengupayakan bisa menguasai segalanya, menguasai negara kecil, negara berkembang, segalanya termasuk database, jangan dikira ini masalah kecil, data kita yang 270 juta sudah bocor," papar Said

Ketiga, Perang Vaksin. Menurutnya, negara-negara yang mampu memproduksi vaksin COVID-19 akan menjadi pemenang dalam perang ini. Apalagi, saat ini muncul varian baru COVID-19 yang lebih ganas dan lebih cepat menyebar.

"Negara yang mampu memproduksi vaksin akan jadi pemenang, negara yang tidak mampu (memproduksi) hanya mengimpor saja itulah negara yang kalah," kata Said 

Zelensky Ingin Akhiri Perang Ukraina-Rusia dengan Diplomasi Tahun Depan

Ia memprediksi perang vaksin akan terjadi antara tiga kekuatan besar negara produsen vaksin COVID-19 di dunia, yakni Amerika Serikat, Jerman dan Tiongkok.

"Kita hanya penonton, bisanya hanya importir, itupun entah uangnya dari hutang atau darimana enggak tahu saya, dapat dari motong-motong anggaran barangkali," ungkapnya.

Trump Janji Selesaikan Perang di Ukraina dan Palestina dengan Cara Ini

Keempat, Perang Biologis. Dalam peta perang biologi, negara-negara yang menguasai industri-industri farmasi atau kesehatan -- vaksin dan obat-obatan -- akan menjadi panglima dan dapat menguasai dan mempengaruhi kebijakan suatu negara. 

"Kita akan didikte oleh negara yang memproduksi vaksin. Mudah-mudahan, kita hanya bisa berdoa tidak sebahaya yang kita bayangkan. Tapi jelas kita akan didikte oleh negara yang membuat vaksin, seberapa pengaruhnya kita lihat nanti," paparnya.

Menlu AS: Situasinya Tetap Sangat Sulit dan Dramatis untuk Benar-benar Memperbaiki Gaza

Kelima, Perang Makanan, Air dan Energi. "Siapa yang menguasai sumber makanan, air dan energi, maka akan mampu menjadi penguasa global," imbuhnya.

Gedung kongres Amerika Serikat, Capitol.

Anggota Kongres Sebut AS Sudah Bantu Israel Senilai Rp286 Triliun dalam Bentuk Senjata

Sejak genosida dimulai, AS telah memberikan lebih dari 18 miliar dolar AS (Rp286,2 triliun) dalam bentuk senjata kepada pemerintah Israel, kata anggota Kongres.

img_title
VIVA.co.id
22 November 2024