Kasus Pelecehan Siswa, Pemilik Sekolah di Batu Segera Diperiksa
- VIVA/Nur Faishal
VIVA – Kepolisian Daerah Jawa Timur dikabarkan bakal meminta keterangan pemilik salah satu sekolah di Kota Batu, JE, atas dugaan pelecehan seksual dengan jumlah korban puluhan siswa.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait mengatakan itu kepada wartawan di Markas Kepolisian Daerah Jawa Timur di Surabaya, Jumat, 18 Juni 2021. Komnas PA adalah lembaga yang mendampingi para korban melapor ke Polda.
Arist mengaku datang ke Polda Jawa Timur untuk menanyakan perkembangan penanganan kasus itu. Berdasarkan informasi yang ia peroleh, penyelidik telah melayangkan surat panggilan kepada JE selaku terlapor. Pemeriksaan terhadap JE akan diagendakan pada pekan depan.
Selain soal jadwal pemeriksaan, Arist mengaku juga memberikan informasi baru kepada penyelidik, yaitu adanya tempat kejadian perkara di luar sekolah, yakni di Kota Surabaya dan luar negeri. “Ada tempat baru di Surabaya yang tadi kita sampaikan ke penyidik," ujarnya.
Arist juga mengaku memberikan informasi adanya dugaan pelaku baru selain JE. Namun, pelaku baru ini diduga melakukan kekerasan fisik, bukan seksual. Ia mengaku menyerahkan empat nama baru untuk dimintai keterangan.
Komnas PA telah berkoordinasi dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk laporan kasus itu. Sebab, korban dan keluarganya mendapatkan tekanan. Ia juga menjamin kasus itu berlanjut karena masuk kategori kejahatan luar biasa.
Kasus ini bermula dari laporan Komnas PA yang mewakili korban pekan lalu mengadukan seorang pemilik sekolah di Kota Batu, Jawa Timur, atas tuduhan pelecehan seksual dengan korban belasan siswa ke Markas Kepolisian Daerah Jawa Timur di Surabaya pada 29 Mei. Arist Merdeka Sirait dan Kepala DP3AP2KB Kota Batu MD Furqon datang langsung ke Markas Polda Jawa Timur.
"Hari ini begitu menyedihkan bagi Komnas Anak, karena ada sebuah institusi pendidikan yang cukup dikagumi, khususnya di Kota Batu dan masyarakat Jawa Timur. Ternyata sekolah berinisial SPI ini menjadi sumber malapetaka bagi peserta didik di sana," kata Arist Merdeka Sirait saat melapor.
Arist mengatakan korban berasal dari sejumlah daerah. "(Korban) Yang seyogianya dibantu agar bisa berprestasi dan sebagainya, tetapi malah dieksploitasi secara ekonomi, seksual, dan sebagainya. Ada yang dari Palu, Kalimantan Barat, Kudus, Blitar, Kalimantan Timur, dan sebagainya," ujarnya.
Kepala DP3AP2KB Kota Batu MD Furqon menjelaskan, sekolah yang dikelola terlapor mendisiplinkan diri pada pendidikan entrepreneurship. "Ada pendidikan pertanian, kewirausahaan, bahkan membuat film kemarin terbaik se-Asia Tenggara di mana yang main dari anak-anak siswa sekolah itu sendiri," ujarnya.
Siswa di sekolah terlapor berasal dari hampir seluruh daerah di Indonesia dan berlatar belakang agama beda-beda. "Kategori anak orang miskin atau anak yatim atau yatim piatu yang memang ditolong oleh lembaganya, oleh Yayasan, yang memang secara ekonomi berkecukupan," ujarnya.
Pihak sekolah membantah tudingan Komnas PA. "Saya juga kaget dan merasa aneh dengan pemberitaan ini. Kami tidak tahu siapa yang memasukkan bahan pelaporan, dengan tujuan apa, dan memiliki motif apa membuat laporan itu," kata Kepala Sekolah yang diadukan Komnas PA, R, dalam pesan tertulis diterima wartawan pada Sabtu, 29 Mei.