Hawa Panas di Sumatera Selatan akibat Cahaya Matahari Seolah Terkurung

Ilustrasi cuaca panas ekstrem.
Sumber :
  • Nur Faishal / VIVA.co.id

VIVA – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Indra menjelaskan penyebab hawa panas yang belakangan meliputi wilayah Provinsi Sumatera Selatan.

Awal Tahun 2025, Gempa Bumi Magnitudo 4,1 Guncang Mentawai

Di Palembang, Senin, 14 Juni 2021, ia mengatakan bahwa suhu udara di wilayah Sumatera Selatan berkisar 25-33 derajat celsius.

"Suhu udara sebenarnya masih normal tapi lantaran kawasan ini diselimuti awan yang tidak menjadi hujan membuat udara terasa lebih panas," kata Indra.

Pantau Cuaca di Malam Pergantian Tahun, BMKG: Insya Allah Kondusif

Hamparan awan, ia melanjutkan, membuat sinar matahari yang dipancarkan ke Bumi kemudian dipantulkan lagi ke udara seakan-akan terkurung sehingga suhu udara terasa panas. "Itulah mengapa dalam beberapa hari ini udara benar-benar terasa panas," katanya.

Sumatera Selatan telah menetapkan status darurat kebakaran hutan dan lahan sejak Maret 2021.

Prakiraan Cuaca Jakarta 31 Desember 2024: Hujan Ringan dan Kabut Menyambut Pergantian Tahun

Guna meminimalkan potensi kebakaran hutan dan lahan, menurut dia, pemerintah menerapkan teknologi modifikasi cuaca untuk memicu hujan turun mulai dari 10 hingga 25 Juni 2021.

Wilayah Sumatera Selatan diprakirakan memasuki puncak musim kemarau Agustus hingga Oktober 2021.

Indra mengatakan bahwa pada tahun 2020 wilayah Sumatera Selatan mengalami musim kemarau basah sehingga meski kebakaran hutan dan lahan masih terjadi asapnya tidak sampai menimbulkan gangguan signifikan. (ant)

Ilustrasi - Seismograf, alat pencatat getaran gempa.

2.702 Kali Gempa Guncang Sulawesi Tengah Sepanjang 2024, Didominasi Aktivitas Sesar Palu Koro

Intensitas guncangan paling banyak terjadi pada Oktober dengan jumlah 301 kali gempa,

img_title
VIVA.co.id
2 Januari 2025