Hari Purbakala: Menelisik Lukisan Tertua Dunia yang Ada di Indonesia
- bbc
Dalam periode migrasi manusia pertama ke seluruh dunia dari Afrika Timur, terdapat fase apa yang disebut "Revolusi Kognitif" atau "Ledakan Kognitif" pada rentang 30.000-70.000 tahun silam, di mana manusia memiliki kemampuan berimajinasi, berkomunikasi, bekerja sama termasuk bergosip.
"Legenda, mitos, dewa-dewi, dan agama muncul untuk pertama kalinya bersama Revolusi Kognitif," tulis Harari.
Dari khayalan berujung pada mitos, seperti misalnya ditarik dalam konteks kekinian mengenai kisah penciptaan dunia dalam kitab suci dan mitos nasionalis negara-negara modern, sebut Harari. "Mitos-mitos semacam itu memberi Sapiens kemampuan yang tak pernah ada sebelumnya untuk bekerja sama secara luwes beramai-ramai," tambahnya.
"Sapiens dapat bekerja sama dalam cara-cara yang luar biasa luwes dengan orang asing yang tak terhitung banyaknya. Itulah mengapa Sapiens menguasai dunia, sementara semut memakan sisa-sia makanan kita dan simpanse terkurung dalam kebun binatang dan laboratorium penelitian."
Akan ada kejutan-kejutan baru
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulawesi Selatan telah mengidentifikasi 425 gua yang tersebar di kawasan Karst Maros-Pangkep. Di dalam 296 gua di antaranya, diketahui terdapat lukisan purba.
"Di antara gua-gua yang memiliki rock art [lukisan purba], banyak juga di antaranya [ditemukan benda] yang manusia waktu itu gunakan, tetapi tidak meninggalkan rock art itu," kata arkeolog dari BPCB Sulsel, Rustan Lebe.
Selain lukisan purba, temuan-temuan lain berupa artefak, sisa makanan, tumbuhan, liontin dan peralatan kuno yang diyakini merupakan peninggalan manusia yang tinggal di dalam gua-gua tersebut.
Sejauh ini, BPCB Sulsel melaporkan baru 15 gua atau sekitar 3,5?ri seluruh gua yang telah diteliti dan hasil temuannya dipublikasikan kepada masyarakat, termasuk penanggalan usia lukisan purba di Leang Tedongnge dan Leang Bulu Sipong 4.
Penelitian terhadap lukisan purba baru gencar dilakukan pada 2014, karena sebelumnya para peneliti lebih fokus pada artefak yang ditemukan di dalam lapisan tanah gua.
"Di beberapa tahun terakhir 2014, yang tren digunakan peneliti. Pengujian-pengujian untuk mengetahui umur itu adalah objek rock art. Sebelumnya hanya menggunakan artefak, atau sisa-sisa tumbuhan, atau sisa binatang yang ditemukan dalam lapisan tanah," kata Ketua tim peneliti Karst Maros-Pangkep ini.
Rustan melanjutkan, untuk menulis satu temuan sampai kesimpulannya bisa dipublikasi kepada masyarakat butuh proses panjang. Ia mencontohkan, penelitian terhadap lukisan purba di Leang Tedongnge membutuhkan waktu tiga tahun, sampai hasilnya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
"Jadi masih banyak potensi gua yang lain, yang sama sekali belum tersentuh oleh peneliti atau ilmuwan," jelas Rustan.
Potensi yang dimaksud adalah temuan baru berupa artefak, termasuk penanggalan usia dari lukisan purba.
Rustan meyakini adanya peninggalan yang lebih tua dari lukisan purba di Leang Tedongnge. Hal ini berdasarkan penelitian pada tanah di sekitar gua yang menunjukkan adanya lapisan tua yang diperkirakan berusia 60.000-100.000 tahun.
"Saya beranggapan, ada kesempatan untuk menemukan objek-objek atau rock art yang lebih tua dari itu, atau pun objek selain rock art, artefak atau ekofak, yang membuktikan bahwa 45.500 tahun itu bukan usia yang tertua," kata Rustan.