Penyediaan SDM Industri, Kemenperin Genjot Pengembangan Vokasi

Salah satu murid yang mengikuti pendidikan vokasi.
Sumber :

VIVA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksi industri pengolahan nonmigas akan mengalami pertumbuhan sebesar 3,95 persen pada tahun 2021.

Dilansir dari rilis resmi Kemenperin, pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas bakal terus berlanjut seiring dengan peningkatan ekspor dan Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia yang meningkat sejak Oktober 2020.

Selain itu, perkembangan teknologi yang kian pesat pun menjadi tantangan tersendiri bagi industri nasional agar tetap dapat bersaing secara global. Karenanya, dibutuhkan SDM kompeten dalam jumlah banyak yang dapat menyokong pertumbuhan industri nasional sekaligus dapat beradaptasi dengan teknologi masa kini.

Untuk menjawab kebutuhan industri nasional tersebut, Kemenperin menyelenggarakan program pengembangan pendidikan vokasi dengan lulusan yang dapat menjadi tenaga kerja siap pakai di industri.

Program ini dilaksanakan melalui unit-unit pendidikan vokasi Kemenperin yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terdiri dari 9 SMK-SMAK/SMTI dan 12 Politeknik/Akademi Komunitas sebagai berikut:

  1. SMK-SMTI Banda Aceh
  2. SMK-SMTI Padang
  3. SMK-SMTI Bandar Lampung
  4. SMK-SMTI Yogyakarta
  5. SMK-SMTI Pontianak
  6. SMK-SMTI Makassar
  7. SMK-SMAK Padang
  8. SMK-SMAK Bogor
  9. SMK-SMAK Makassar
  10. Politeknik Teknik Kimia Industri Medan
  11. Politeknik ATI Padang
  12. Politeknik STMI Jakarta
  13. Politeknik APP Jakarta
  14. Politeknik AKA Bogor
  15. Politeknik STTT Bandung
  16. Politeknik ATK Yogyakarta
  17. Politeknik ATI Makassar
  18. Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu Kendal
  19. Politeknik Industri Logam Morowali
  20. Akademi Komunitas Tekstil Surakarta
  21. Akademi Komunitas Manufaktur Bantaeng

Pengembangan pendidikan vokasi juga didukung oleh program-program yang disesuaikan dengan kebutuhan industri nasional, salah satu program unggulannya yaitu Link and Match. Program Link and Match merupakan pelaksanaan pendidikan dengan menyusun kurikulum dan program pembelajaran berdasarkan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri. 

Apa itu Program Link and Match?


Kemenperin menggandeng industri untuk terlibat dalam program Link and Match ini khususnya dalam proses penyusunan kurikulum, rekrutmen, dan implementasi pendidikan sistem ganda (dual system).

Sistem pendidikan ganda ini merupakan penyelenggaraan pendidikan dengan menerapkan penggabungan sistem pembelajaran di kelas dan di industri secara langsung. Sejak tahun 2017 hingga saat ini, Kemenperin telah menandatangani 4.997 MoU dan me-link and match kan 2.615 SMK dengan 856 Industri.

Sebagai pendukung program Link and Match, Kemenperin menyediakan gedung Teaching Factory yang dilengkapi dengan berbagai mesin peralatan pada unit pendidikannya.

Teaching Factory merupakan model pembelajaran berbasis produk (barang/jasa) melalui sinergi sekolah dengan industri sehingga siswa dan mahasiswa mendapatkan pengalaman kegiatan produksi sebelum mereka lulus dan terjun langsung bekerja di industri.

Melalui penerapan model pembelajaran Teaching Factory, unit pendidikan di Kemenperin telah mampu menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh masyarakat, seperti:

  • Produksi dan distribusi masker oleh SMK-SMTI Padang, SMK-SMAK Bogor,  SMK-SMTI Pontianak, dll
  • Ventilator oleh SMK-SMTI Yogyakarta melalui kerjasama dengan PT YPTI
  • Hand sanitizer oleh SMK-SMTI Bandar Lampung, SMK-SMTI Makassar, dll
  • Desinfektan oleh SMK-SMTI Pontianak, SMK-SMTI Padang, dll
  • Face Shield oleh SMK-SMTI Pontianak

Tidak hanya itu, SMK-SMTI Yogyakarta juga telah dipercaya untuk terlibat dalam kegiatan produksi alat pendeteksi Covid-19 bernama GeNose C19. 

Kegiatan perakitan GeNose C19 ini merupakan hasil kolaborasi SMK-SMTI Yogyakarta dengan PT. Yogya Presisi Teknikatama Industri dan unit usaha Universitas Gadjah Mada (UGM), yakni PT. Swayasa Prakarsa dengan melibatkan 30 tenaga operator yang merupakan siswa-siswi SMK-SMTI Yogyakarta dan dilakukan di gedung Teaching Factory SMK-SMTI Yogyakarta.

Pada penyelenggaraan pendidikan vokasi, para siswa dan mahasiswa juga difasilitasi dengan program magang dan praktik kerja industri sehingga mereka dibekali dengan pengalaman bekerja langsung di industri sebelum mereka lulus.

Pelatihan 3 in 1


Link and Match juga didukung oleh program Pelatihan 3 in 1 yang terdiri dari kegiatan pelatihan, sertifikasi, dan penempatan kerja. Dalam program ini, para siswa dan mahasiswa dididik dan dilatih sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri, kemudian diuji kompetensinya dan setelah lulus uji kompetensi, mereka diberikan sertifikat yang membuktikan bahwa mereka kompeten dalam bidangnya masing-masing. Setelah itu, mereka ditempatkan bekerja di industri yang membutuhkan kemampuan atau keahlian mereka.

Di tahun 2019, Kemenperin telah menargetkan jumlah peserta Pelatihan 3 in 1 sebanyak 69.040 peserta. pada Desember 2019, peserta Pelatihan 3 in 1 mencapai 69.836 peserta dari 232 daerah sehingga target Kemenperin telah terlampaui.

Di tahun 2020, peserta Pelatihan 3 in 1 yang telah mengikuti pelatihan dan telah ditempatkan bekerja di industri mencapai 18.919 orang. Sementara itu, Kemenperin telah menetapkan target tahun 2021 untuk Pelatihan 3 in 1 sebanyak 55.878 peserta.

Selain siswa dan mahasiswa, tenaga pendidik unit pendidikan vokasi Kemenperin juga difasilitasi dengan pelatihan guru dan dosen serta kegiatan pemagangan yang pesertanya telah mencapai 4.022 peserta.

Hal ini dilakukan dalam rangka mengembangkan kompetensi tenaga pendidik sehingga dapat mengikuti perkembangan teknologi yang kini semakin pesat. Dengan begitu, ilmu yang mereka dapatkan juga akan tersalurkan kepada siswa dan mahasiswa yang mereka didik.

Program D1

Untuk menyediakan SDM Industri kompeten, adaptif, serta siap kerja di industri melalui pendidikan berbasis dual system, Kemenperin juga gencar dalam mendirikan program Diploma 1 (D1) di mana mahasiswa dapat menyelesaikan program tersebut dalam satu tahun.

Baik siswa lulusan SMA/SMK/sederajat, calon karyawan mitra industri, maupun calon karyawan dari perusahaan lainnya (non mitra industri) dapat mengikuti program ini. Adapun jumlah mahasiswa 20 hingga 30 orang per kelasnya.

Untuk dapat lulus dan mendapatkan gelar, mahasiswa harus mengambil minimal 36 SKS dan maksimal 40 SKS dengan komposisi jumlah jam teori 25-30% dan jam praktik 70-75%. 

Kurikulumnya sendiri dikembangkan oleh unit pendidikan penyelenggara dan mitra industri dengan mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

Program D1 ini telah tersebar di berbagai unit pendidikan Kemenperin, di antaranya di Politeknik AKA Bogor, APP Jakarta, ATK Yogyakarta, STTT Bandung, ATI Padang, dan ATI Makassar. Ke depannya, program D1 tersebut akan semakin banyak tersedia mengikuti perkembangan dan kebutuhan industri.

Unit Pendidikan di Wilayah Industri

Dalam membangun unit pendidikannya, Kemenperin memperhitungkan lokasi yang dipilih, yaitu dengan memperhatikan lokasi wilayah industri. Unit pendidikan yang mempunyai bidang spesialisasi tertentu dibangun di lokasi wilayah industri dengan spesialisasi dan bidang yang sama.

Sebagai contoh, Politeknik Industri Logam Morowali dibangun di lokasi wilayah industri bidang hasil pertambangan logam, khususnya Nikel, yaitu di Pulau Sulawesi. Kemenperin juga membangun Politeknik STTT Bandung dan Akademi Komunitas Tekstil Surakarta di lokasi wilayah industri bidang tekstil, yaitu di Pulau Jawa, tepatnya di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencetak SDM industri yang kompeten di lokasi strategis tersebut. Siswa dan mahasiswa akan lebih mudah dalam melakukan magang atau praktik kerja industri karena lokasi yang terjangkau. Kehadiran unit pendidikan juga dapat memudahkan masyarakat lokal yang ingin bekerja di daerah kelahirannya sehabis lulus.

Untuk rencana ke depannya, Kemenperin akan membangun beberapa unit pendidikan di wilayah industri, salah satunya adalah Politeknik Industri Petrokimia yang terletak di lokasi wilayah industri petrokimia daerah Cilegon, Banten.

Kehadiran unit pendidikan Kemenperin lewat program unggulan seperti Link and Match dapat menjadi jawaban dari tantangan SDM industri yang dihadapi saat ini.

Dengan dukungan dari stakeholder dan masyarakat luas, program tersebut dapat semakin berkembang  dan memberikan lebih banyak manfaat, salah satunya menurunkan angka pengangguran.

Kini, masyarakat juga dapat terlibat dalam meningkatkan kualitas SDM industri, misalnya dengan merekomendasikan sekolah dan politeknik Kemenperin bagi mereka yang membutuhkan karena siswa/mahasiswa dapat langsung bekerja setelah lulus.

Bagi masyarakat yang ingin mendaftar sebagai siswa atau mahasiswa pada unit pendidikan Kemenperin dapat melakukan pendaftaran melalui JARVIS (Jalur Penerimaan Vokasi Industri).

Seluruh proses pendaftaran dan seleksi penerimaannya dilakukan secara daring/online sehingga memudahkan masyarakat untuk mendaftar dan mempercepat seluruh prosesnya.

Kata Menhub Dudy soal Rencana Pemindahan Pelabuhan Impor

Pelaku usaha industri juga dapat mendukung program pengembangan pendidikan vokasi dengan cara menjalin kerja sama dengan unit pendidikan Kemenperin. Kerja sama yang dilakukan dapat berupa fasilitasi mesin peralatan, pelaksanaan pelatihan, pemagangan, dan lainnya.

Kemenperin juga sudah menyiapkan fasilitas berupa pengurangan pajak hingga 200%, yaitu Super Tax Deduction beserta Coaching Clinic-nya yang dapat dimanfaatkan oleh industri untuk keberlangsungan usahanya.

Kelanjutan Subsidi Motor Listrik Masih Abu-abu, Menperin: Belum Ada Anggaran
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI).

Kemenperin Soroti Dampak ke Industri dalam Rancangan Permenkes soal Tembakau

Kementerian Perindustrian menyoroti penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tentang penyeragaman kemasan rokok tanpa identitas merek.

img_title
VIVA.co.id
16 Desember 2024