Kolonel Iwa Kartiwa Bantah Sakit Akibat Radiasi Kapal Selam
- Youtube TNI AL
VIVA – Mantan Komandan Satuan Kapal Selam (Dansatsel) yang juga pernah bertugas di KRI Cakra 401, Kolonel Iwa Kartiwa membantah isu yang beredar disebut sakit parah karena lama bertugas di kapal selam.
Dalam pemberitaan, Kolonel Iwa disebutkan terbaring sakit tidak bisa berbibcara dan lemah di tempat tidur setelah puluhan tahun bertugas di kapal selam. Iwa disebut menderita sakit paru-paru karena selalu menghirup serbuk besi di kapal selam.
"Saya sampaikan ke media saya seperti ini. Kalau dikatakan sakit saya masih bisa beraktivitas biar pun terbatas. Saya berangkat dari Tasikmalaya tidak pakai ambulans, pakai kendaaraan sendiri datang ke Jakarta dan bukan atas perintah pimpinan. Saya memang sedang ikhtiar kesehatan untuk saya pribadi," kata Kolonel Iwa dalam konferensi pers, Selasa, 4 Mei 2021.
Â
Dalam kesempatan itu, Iwa membantah sakit karena terpapar radiasi serbuk besi karena terlalu lama berdinas di kapal selam. Iwa mengakui berdinas di kapal selam sejak pangkat Letnan hingga Kolonel saat ini, dan sangat mencintai Satuan Kapal Selam TNI AL.
"Adapun radiasi, buktinya beliau (Asrena KSAL Laksda Muhammad Ali - eks Komandan Nanggala 402) yang berlayar dengan kami buktinya masih sehat. Karena kapal selam didesain oleh orang-orang ahli untuk membawa personil di kedalaman. Insya Allah di kedalaman berapapun sesuai speknya kita aman," ujar Kolonel Iwa.
Iwa mengibaratkan sebuah kecelakaan, tidak hanya bisa terjadi di kapal selam, kendaraan mobil yang didarat pun bisa mengalami kecelakaan dan menimbulkan korban jiwa.
"Jadi, kondisi saya saat ini memang karena kami kurang disiplin diri. Jadi, memang saya kondisi sedang perawatan tapi bukan karena dinas di kapal selam," ungkapnya.
Lebih lanjut, Kolonel Iwa menuturkan bahwa sakit yang dia alami sekarang ini terjadi pada tahun 2017, saat masih menjabat Komandan Satuan Kapal Selam. Ia mengajukan izin pulang ke rumah di Tasikmalaya saat lebaran Idul Fitri.
Saat itu, Iwa mengaku tiba-tiba jatuh saat sedang menunduk dan batuk.
Â
"Jadi kami waktu tidak bisa berdiri satu bulan, kami terbaring di tempat tidur. Kami pulang ke Surabaya dan saat itu bawa tongkat, itu awal mulanya. Dan kami diperitahkan ke RSAL di MRI, kami kena HNP syaraf kejepit lumbal nomor 4-5," papar Iwa
"Saat aktivitas, saat jalan kaki kiri kami tidak bisa mengayun yang kiri, tapi untuk aktivitas lagi tidak masalah, masih menjalankan tugas jadi komandan sampai akhir jabatan Pusdikpel," imbuhnya