Anindya Bakrie Dukung Penuh Program Sertifikasi Perawat
VIVA – Uji Kompetensi (Ukom) bagi para perawat merupakan salah satu hal yang penting untuk membuktikan kualitas diri sebagai tenaga kesehatan. Standar kompetensi pada perawat Indonesia mengacu pada Standar Kompetensi Perawat Indonesia yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Melalui SK Ketua Umum PPNI nomor 024/PP.PPNI/SK/K/XII/2009, seluruh tenaga kesehatan termasuk perawat wajib mengikuti Ukom sebagai syarat untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR), yang melegalisasi profesi sebagai perawat.
Seorang perawat dapat menjalankan tugasnya secara penuh jika telah mengantungi STR dengan mengikuti Ukom. Namun, sayangnya tak semua perawat memiliki kapasitas yang cukup untuk lulus Ukom.
Indonesia masih kekurangan perawat
Guru besar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI), Achir Yani Hamid mengungkapkan jumlah tenaga keperawatan Indonesia baru 60 persen dari jumlah penduduknya. Idealnya seperti yang menjadi standar dunia adalah 80 persen.
Inilah yang mendorong Brajakson Siokal untuk mendirikan Rumah Uji Kompetensi Indonesia (RUKI). Brajakson merupakan alumni penerima beasiswa S2 Bakrie Graduate Fellowship (BGF). RUKI yang ia dirikan mampu membawanya menjadi salah satu pemenang dalam program Leadership Exeperience & Development Program (LEAD Indonesia) di tahun 2018.
RUKI mewadahi para perawat hampir di seluruh Indonesia, untuk mendapatkan bimbingan belajar gratis dalam persiapan mengikuti Ukom. Terbukti, bimbingan belajar yang dilakukan RUKI mampu mengantarkan para perawat lulus Ukom dan mendapatkan STR. Sejak berdiri tahun 2017, RUKI sudah menghantarkan ratusan perawat lulus Ukom.
Pendiri dan Chairman Bakrie Center Foundation (BCF), Anindya Novyan Bakrie, secara penuh mendukung adanya RUKI sebagai wadah perawat Indonesia untuk mencapai predikat kompeten.
"RUKI memanfaatkan teknologi untuk membantu membimbing banyak perawat lulus uji yang selama ini jadi momok. Untuk kemajuan dunia kesehatan, BCF mendukung RUKI dengan memberikan pendampingan pelatihan untuk peningkatan kapasistas serta pengembangan organisasi ke depannya," tutur Anin.
Hal tersebut diamini oleh Bang Jo, sebutan akrab Brajakson saat bertemu dengan Anin di Jakarta beberapa waktu lalu.
"Kami sangat bangga bisa bertemu langsung dengan Pak Anin, dan mengutarakan soal RUKI. Dukungan Pak Anin memberikan semangat dan motivasi bagi kami untuk mengembangkan RUKI lebih luas lagi. Dengan bekal pengetahuan selama mengikuti pelatihan dari BCF, saya optimis RUKI bisa terus berkembang," tambah Brajakson.
Melalui program LEAD Indonesia, BCF melakukan pendampingan kepada organisasi pada 4 klaster yang tengah dikembangkan yaitu klaster Uji Kompetensi bagi Perawat, Pendampingan Pasien TBC, Gerakan Lanjut Kuliah, dan Pemberdayaan Anak Jalanan berbasis Lingkungan. Upaya pengembangan klaster ini, diharapkan mampu menaruh kontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.