Lokasi Tambang Emas Ilegal di Banten Masuk Wilayah Desa Adat

Ilustrasi tambang ilegal
Sumber :
  • istimewa

VIVA – Lokasi tambang emas ilegal yang dilakukan gurandil di kawasan Gunung Liman, masuk ke dalam wewengkon adat Kasepuhan Cibarani yang berdampingan dengan permukiman Suku Baduy, di Kabupaten Lebak, Banten. Karena masuk ke dalam desa adat, masyarakat meminta penegak hukum segera bertindak tegas ke perusak alam tersebut.

Baduy Crafts Find New Markets Through Innovative Online Platform

"Itu bukan Baduy, tapi wewengkon adat Kasepuhan Cibarani, Pegunungan Ciliman, Suku Baduy punya tanggung jawab leluhurnya. Udah dua hektaran, saya juga baru ngecek sama Polsek. Kemarinnya sama Dirkrimsus Polda Banten," kata Jaro atau Kepala Desa (Kades) Cibarani, Dulhani, Kamis, 22 April 2021.

Menurut Dulhani, penambang atau gurandil berasal dari luar desanya. Masyarakat Cibarani tidak berani melakukan aktivitas perusakan alam. Karena mereka hidup bersama alam, sehingga sudah menjadi kewajiban mereka menjaga dan melestarikan alam di desanya.

Produksi Emas BRMS Kuartal III-2024 Lampaui Kinerja Sepanjang Tahun Lalu

Saat dia bersama polisi datang ke lokasi penambangan emas rakyat, tidak ditemukan aktivitas gurandil. Dulhani memperkirakan, aktivitas penambangan dilakukan tersembunyi.

"Yang nambang bukan warga Cibarani, kalau warga Cibarani tidak ada. Tidak ada sekarang (yang nambang), mungkin sembunyi-sembunyi bisa. Krimsus Polda Banten juga sudah datang kesitu," terangnya. 

Seru! Rano Karno Vs Dharma Pongrekun soal Kebijakan Terhadap Masyarakat Baduy

Saat mendatangi lokasi penambangan, tidak ditemukan aktivitas pengolahan emas atau gulundung. Dia memperkirakan, beban atau hasil tambang dibawa pulang ke desa para gurandil kemudian diolah di rumah masing-masing penambang.

"Pengolahannya dibawa ke kampung, ke rumah nya masing-masing mungkin, enggak ada pengolahannya disitu (lubang tambang)," jelasnya.

Sebelumnya diberitakan tetua adat Baduy, Ki Pulung beredar di media sosial (medsos). Dalam video berdurasi 1,12 menit itu Ki Pulung nampak geram dan menangis, melihat ada aktifitas penambangan yang merusak alam.

Dalam bahasa Sunda Baduy, Ki Pulung berujar, "Kami dapat amanat dari leluhur, takutnya sekarang gunung dihancurkan lebak dirusak aturan diubah, sekarang terbukti Gunung Liman minta dijaga benar-benar oleh pemerintah," begitu ucapnya.

Baca juga: Hutan Dirusak Gurandil, Tokoh Adat Baduy Menangis

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya