5 Orang Dinobatkan Jadi Tokoh Perubahan Republika 2020

Dr Erlina Burhan, spesialis paru-paru di RS Persahabatan Jakarta
Sumber :
  • tvone

VIVA – Lima orang dinobatkan menjadi Tokoh Perubahan Republika 2020 atas aktivitas mereka yang selama pandemi corona ini banyak memberikan perubahan dan inspirasi. Kelima tokoh ini dinilai menebarkan nilai-nilai kebaikan, positif, dan ikut mengubah masyarakat untuk berderap bergerak optimistis menghadapi pandemi COVID-19.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaedi mengatakan, penobatan kelima Tokoh Perubahan Republika 2020 ini didasarkan pada peran dan aktivitas para tokoh tersebut, ketika bangsa Indonesia menghadapi tantangan berat akibat pandemi COVID-19.

"Pandemi corona telah memukul sektor kesehatan dan ekonomi kita cukup dalam selama setahun ini. Hubungan sosial juga kena dampak, namun ada individu-individu yang terus berjuang mempertaruhkan harta, nyawa, dan kehidupan pribadinya untuk membantu sesama, membuat inovasi, yang bermanfaat buat kita semua," kata Irfan dalam keterangan tertulisnya, Minggu 4 April 2020.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Kelima Tokoh Perubahan Republika 2020 tersebut antara lain yakni:

1. Steven Indra Wibowo, Salatiga, Jawa Tengah

Dasco Sebut Tokoh yang Datang ke Kertanegara Belum Tentu Jadi Menteri Prabowo

Melakukan gerakan membantu masyarakat yang terdampak COVID-19 dengan pembagian sembako, menyediakan makanan siap saji, memberikan perlengkapan APD kepada tenaga kesehatan. 

Koh Steven mengeluarkan dana pribadinya dengan menjual harta hingga Rp14 miliar. Ketua Mualaf Center Indonesia ini juga menyiapkan lahan seluas 12 hektare dalam program Tancap Indonesia untuk memperkuat ketahanan pangan petani pasca COVID-19.

2. Junaidi bin Akim, Jakarta

Pria kelahiran Karawang 43 tahun lalu sudah 23 tahun menggeluti profesi sebagai penggali kuburan di TPU Pondok Rangon. Ia bersama rekan-rekannya di Grup D petugas pemakaman adalah yang pertama kalinya ditugasi memakamkan jenazah korban meninggal akibat COVID-19 di Indonesia. 

Pada puncak-puncak pandemi, ia bersama rekan-rekan bekerja 15 jam sehari menguburkan jenazah yang tak henti datangnya. Sadar ada risiko tertular, mereka tetap menjalankan pekerjaan mereka.

"Setelah menangani pemakaman COVID-19, ada rasa bangga rasanya. Mudah-mudahan apa yang saya kerjakan bermanfaat," ujarnya.

3. Prof Kuwat Triyana, Yogyakarta

Prof kuwat adalah dosen UGM yang merupakan penemu alat deteksi cepat COVID-19 bernama GeNose. GeNose adalah alat deteksi cepat buatan dalam negeri. Alat ini dapat mendeteksi pengidap COVID-19 dengan lebih cepat, tepat dan effisien. GeNose saat ini dipakai di terminal dan stasiun sebagai pendeteksi COVID-19.

4. Dr Erlina Burhan, Jakarta

Dikenal sebagai Kartini di tengah pandemi. Adalah dokter yang pertama kali membahas soal pneumonia Wuhan. Dia juga salah satu narsum yang paling dicari pada saat Covid mulai ramai di Indonesia. Erlina adalah jubir Rumah Sakit Perhabatan juga jubir PDPI. Orang terdepan jika membahas COVID-19 sehingga dijuluki sebagai Maskot COVID-19.

5. Nurmaya, Jakarta

Nurmaya adalah masyarakat biasa. Sudah lebih dari sembilan bulan Nurmaya membagi-bagikan makanan gratis kepada warga meski dia sendiri mengalami kesulitan di tengah pandemi COVID-19. 

Dibantu dengan suami dan sepupunya, Nurmaya membagikan nasi bungkus kepada fakir miskin, tukang ojek dan pengguna jalan lainnya. Nasi bungkus ini terdiri dari nasi putih, ikan, telur, mie goreng dan tempe orek.

Setiap minggu, Nurmaya harus merogoh kocek hampir satu juta rupiah untuk membeli berbagai bahan makanan. Terkadang, ada donatur yang turut menyumbang dalam bentuk uang maupun nasi bungkus.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya