Takziah di Sleman Berujung Munculnya Dua Klaster Baru COVID-19

Ilustrasi alat tes COVID-19
Sumber :
  • IG Kalbegroup

VIVA – Klaster baru penularan COVID-19 kembali muncul di Kabupaten Sleman, DIY. Munculnya klaster baru dengan puluhan orang dinyatakan positif COVID-19 ini berawal dari adanya takziah di dua daerah di Kabupaten Sleman.

Truk Tronton Tabrak Ruko di Semarang, Dua Orang Tewas

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Sleman, Novita Krisnaini menceritakan jika klaster baru ini muncul karena takziah di Padukuhan Blekik, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik dan di Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman.

Novita menerangkan untuk klaster penularan di Padukuhan Blekik berawal saat ada salah seorang warga yang meninggal pada Senin 15 Maret 2021. Namun warga ini bukan meninggal karena COVID-19.

Raffi Ahmad dan Keluarga Berduka, Istri Piet Pagau Meninggal Dunia

Usai prosesi pemakaman, kata Novita, pihak keluarga menggelar tahlilan atau doa bersama selama tiga hari. Tahlilan ini digelar sejak Selasa 16 Maret hingga Kamis 18 Maret 2021.

"Kemudian tuan rumah pada Kamis mengeluh mengalami gejala pusing. Selain itu juga merasakan hilangnya indera perasa. Kemudian dicek dengan tes antigen dan dinyatakan positif hasilnya," kata Novita saat dihubungi, Senin 29 Maret 2021.

1.403 Orang dan 9 Jenazah Korban Erupsi Gunung Lewotobi di NTT Berhasil Dievakuasi

"Kemudian dari temuan ini, seluruh keluarga itu melakukan tes antigen. Ternyata semuanya terkonfirmasi positif COVID-19," sambung Novita.

Mendapatkan temuan ini, lanjut Novita pihak Puskesmas Ngaglik pun melakukan tracing. Tracing dilakukan lewat tes antigen dan antibodi.

Total ada 207 warga yang hadir hasilnya 16 di antaranya lolos tracing. 22 orang positif antigen dan 1 orang positif dari hasil tes antibodi.

Sementara itu untuk klaster takziah di Desa Pandowoharjo, Dinkes belum merinci kronologi penularannya. Hal ini karena laporan dari tim lapangan belum selesai.

"Yang Pandowoharjo belum selesai laporannya," papar Novita.

Novita meminta paska munculnya klaster baru ini, masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan. Utamanya memakai masker dan menghindari kegiatan-kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan.

"Meskipun yang dilayat bukan meninggal sebab COVID-19 tapi kan tidak diketahui tamu dan keluarganya. Kegiatan setelah melayat, tahlilan harus disederhanakan, tanpa mengundang orang banyak," pungkas Novita. (Antara/Ant)

Ilustrasi perundungan

Sempat Dirawat, Bocah Kelas 3 SD di Subang Meninggal Usai Jadi Korban Perundangan Kakak Kelas

Seorang bocah berusia 9 tahun, ARO, yang masih duduk di bangku kelas 3 SD di Subang, Jawa Barat, sempat dirawat selama 6 hari.

img_title
VIVA.co.id
26 November 2024