Kiai di DIY Belum Divaksin, PWNU Lontarkan Kritikan

Vaksinasi AstraZeneca di kantor NU Jatim di Surabaya.
Sumber :
  • VIVA/ Nur Faishal.

VIVA - Program vaksinasi massal di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah dimulai sejak awal Maret 2021. Sejumlah kelompok pekerjaan seperti tenaga kesehatan, ASN, petugas pelayanan publik, pedagang hingga seniman telah divaksin.

Pemerintah Kalimantan Timur Gandeng Malaysia Buat Kendalikan Dengue

Wakil Rois Syuriah PWNU DIY Hilmy Muhammad mengkritik program vaksin massal yang dilakukan di DIY. Pria yang biasa disapa Gus Hilmy ini menyebut jika vaksinasi massal di DIY belum menyentuh kiai maupun lingkungan pondok pesantren.

Gus Hilmy menuturkan jika saat ini belum ada langkah konkret dari Pemda DIY terkait vaksinasi untuk kiai dan lingkungan pondok pesantren. Padahal pendataan, kata Gus Hilmy, telah dilakukan sejak awal tahun 2021.

BPOM Targetkan WHO Maturity Level 4 untuk Tingkatkan Kualitas Pengawasan Kesehatan Masyarakat

"Pendataan sudah diminta dan dilakukan sejak awal tahun oleh kalangan pesantren. Namun hingga saat ini belum ada komunikasi atau undangan dari Dinkes," ujar Gus Hilmy, Kamis, 25 Maret 2021.

Baca juga: 450 Ribu Dosis AstraZeneca Sudah Didistribusikan ke Jatim

Bukan Keturunan Kiai, Ternyata Ini Penyebab Miftah Dipanggil Gus

Anggota DPD asal DIY ini pun membandingkan vaksinasi bagi kiai dan lingkungan pondok pesantren di DIY dengan provinsi lainnya. Gus Hilmy mencontohkan jika di Jawa Tengah dan Jawa Timur, vaksinasi bagi kiai dan pondok pesantren telah dilakukan.

Pengasuh pondok pesantren Krapyak ini menjabarkan jika sosok kiai merupakan sosok figur. Sebagai figur, sambung Gus Hilmy, kiai bisa turut mengkampanyekan vaksinasi.

"Jadi, kebijakan terkait sasaran vaksinasi bisa ditentukan juga oleh pemerintah daerah dan dinas kesehatan. Sementara DIY, belum memprioritaskan kiai dan kalangan pesantren," tegas Gus Hilmy.

Gus Hilmy menyebut pihak pesantren pun aktif untuk menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait vaksinasi itu. Hanya saja hingga saat ini belum ada langkah kongkret dari Pemda DIY maupun Dinas Kesehatan.

"Apakah kiai dan pesantren tidak dianggap penting di Yogyakarta ini?" tutur Gus Hilmy.

Gus Hilmy mengatakan prioritas vaksinasi untuk mengangkat kembali citra Yogyakarta sebagai kota wisata dan kota budaya, tidak boleh menafikan citranya sebagai kota pendidikan. Jika vaksinasi menyasar seniman, pedagang, pelaku wisata, tidak boleh menafikan lembaga-lembaga pendidikan, termasuk di dalamnya ada kiai dan pesantren.

Gus Hilmy menjabarkan prioritas sasaran vaksinasi telah dijelaskan pada Bab III Pasal 8 PMK Nomor 84/2020 tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19.

Dalam Permenkes itu disebutkan ada enam kelompok prioritas penerima vaksin. Enam kelompok ini diantaranya adalah tokoh masyarakat/agama berada pada kelompok prioritas kedua. Kelompok selanjutnya adalah guru dan tenaga pendidikan.

Gus Hilmy menyebut kiai tidak sekadar guru. Pasalnya, di samping sebagai pengasuh pesantren, para kiai adalah pengasuh masyarakat. Bahkan, setiap hari, para kiai menghadapi masyarakat dan di antara mereka banyak yang sudah lanjut usia.

"Selain itu, menilik data nasional kita telah kehilangan 400-an Kiai akibat COVID-19. Tidak ada lagi alasan untuk menunda-nunda vaksinasi untuk para kiai, baik di tingkat provinsi, kota maupun kabupaten se-DIY," kata Gus Hilmy.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya