Cegah Pembukaan Lahan Baru, Replanting jadi Wujud Sawit Berkelanjutan

Lahan peremajaan sawit atau replanting.
Sumber :

VIVA – Industri kelapa sawit dan para pihak yang berada di dalamnya menghadapi tantangan terkait pengelolaan kebun sawit yang berorientasi pembangunan global berkelanjutan. Menjawab tantangan ini, maka penting bagi para petani sawit untuk mengadopsi budidaya perkebunan  yang berwawasan lingkungan.

Hal ini harus dilakukan demi generasi sekarang dan masa depan, agar para petani tetap mampu mencukupi permintaan pangan yang meningkat seiring dengan pertambahan jumlah populasi global, tanpa membuka lahan baru untuk dijadikan lahan perkebunan.

Meremajakan kembali  kebun sawit menjadi satu dari beragam cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan keberlanjutan di industri sawit, sekaligus  meningkatkan hasil kebun dan kualitas buah sawit tanpa membuka lahan baru.

Apa itu replanting sawit?

Awalnya, istilah meremajakan atau replanting sawit memang terdengar cukup “asing” bagi para petani sawit. Meremajakan kebun bukanlah hal yang akrab di telinga mereka saat itu. Bahkan, sebagian besar petani menolak untuk meremajakan kebun setelah usia tanaman kelapa sawit mereka menginjak umur 25 tahun.

Secara alami, pohon kelapa sawit akan menjadi kurang produktif ketika memasuki usia 25 tahun. Alhasil ketika memasuki masa tersebut, pendapatan para petani sawit menjadi menurun.

Bila replanting menjadi pilihan terbaik, maka para petani kelapa sawit harus mempersiapkan banyak hal jelang proses masa replanting, dimana mereka akan mengganti pohon kelapa sawit yang lama dengan pohon-pohon baru.

Penanaman pohon kelapa sawit yang baru akan membutuhkan waktu sekitar empat hingga lima tahun, hingga akhirnya mulai berbuah dan bisa dipanen. Masa tunggu sebelum panen inilah yang menjadi sumber kekuatiran para petani dalam memutuskan untuk replanting, karena  pendapatan pokok akan berkurang selama  mereka belum dapat melakukan panen.

Cerita Sukses Penerima Beasiswa Sawit di Bunex ke-3: Lulus Langsung Dapat Tawaran Kerja

Jamaludin, salah satu petani sawit anggota KUD Mulus Rahayu, menyampaikan bahwa ketidaktahuan petani mengenai apa yang harus dilakukan ketika meremajakan kebun, menjadi salah satu faktor penghambat.

“Yang ada di pikiran saya adalah apakah peremajaan ini akan berhasil? Apakah saya mampu membayar biayanya? Ketika itu saya pikir dana yang dibutuhkan untuk peremajaan sangatlah besar,” kata Jamaludin.

Emak-emak Ditangkap saat Demo Pabrik Sawit di Sumut, DPR Dorong Restorative Justice

Hingga akhirnya Jamaludin harus menghadapi kenyataan bahwa kebunnya tidak mampu menghasilkan keuntungan yang dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. 

Cara BPDPKS Stabilisasi Harga CPO hingga Dorong Kesejahteraan Petani

“Dari yang biasanya saya dapat 5-6 ton tandan buah sawit (TBS) (per hektar per tahun), saat terakhir saya catat hanya menghasilkan 0,9 ton TBS sebelum ditumbangkan,” ujar Jamaludin. Kondisi tersebutlah yang mendorongnya untuk mulai mencari tahu mengenai program peremajaan lahan.

Akhirnya, dimulai pada bulan April 2016, 135 petani sawit anggota KUD Mulus Rahayu telah ambil bagian dalam merealisasikan program Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat (PSR) yang diinisiasi oleh Pemerintah Indonesia. Mereka telah sukses meremajakan seluas 310 hektar lahan kelapa sawit.

Keteguhan hati petani sawit KUD Mulus Rahayu terbayar ketika pada bulan Desember 2018, atau kurang dari 30 bulan setelah dimulainya proses peremajaan, kebun  kelapa sawit mereka telah dapat dipanen untuk pertama kalinya.

Mengikuti program kemitraan

Kebahagiaan petani sawit Koperasi Unit Desa (KUD) Mulus Rahayu semakin lengkap ketika hasil yang diperoleh pada panen perdana ternyata jauh lebih memuaskan dari perkiraan sebelumnya.

Rata-rata mereka berhasil memperoleh hasil 1,5 ton Tandan Buah Segar (TBS) pada satu siklus panen per dua hektar, dari sebelumnya hanya 750 kg TBS.

Namun menurut Pawito - salah satu petani sawit, hasil memuaskan yang mereka tuai sekarang bukanlah tanpa hambatan. Meski terbukti mampu menghasilkan panen yang memuaskan, Pawito juga menyampaikan bahwa belum banyak petani kelapa sawit yang memiliki pemikiran serupa dengan dirinya untuk meremajakan lahan sawit mereka yang sudah tidak lagi produktif.

“Upaya kami membujuk petani kelapa sawit yang lain untuk ikut melakukan peremajaan lahan banyak menghadapi kendala. Tidak sedikit dari mereka yang menentang ide untuk meremajakan kebun,” ungkap Pawito.

Pawito menambahkan, “Rekan-rekan petani sawit yang lain pada waktu itu masih ragu bahwa mata pencaharian alternatif dapat menutupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari,” katanya.

Padahal, lanjut Pawito, “Seperti kita ketahui, replanting adalah hal yang kerap menakutkan bagi petani sawit. Padahal cepat atau lambat, replanting itu pasti terjadi. Maka pada tahap awal hanya 310 hektar lahan anggota yang ikut replanting. Disitulah kami bertekad agar replanting ini harus berhasil. Untuk itu kami butuh mitra yang sudah berpengalaman dan terbukti,” ujarnya.

Melihat kendala ini, salah satu perusahaan kelapa sawit terkemuka di Indonesia yang memproduksi minyak sawit mentah (CPO) sejak tahun 1979, Asian Agri berinisiatif untuk menjadi mitra para petani dalam melaksanakan program peremajaan kebun sawit atau replanting ini.

Asian Agri hadir dengan program replanting yang bertujuan untuk membantu para petani sawit mengatasi keraguan dan ketidaktahuan mereka tentang pelaksanaan replanting.

Program replanting yang dilakukan petani mitra Asian Agri menggunakan bibit unggul Topaz. Pasalnya, penggunaan bibit unggul dalam peremajaan kebun sawit adalah salah satu faktor utama yang dapat membantu mengoptimalkan produktivitas kebun sawit.

“Asian Agri mendampingi kami melalui seluruh proses peremajaan, mulai dari persiapan lahan, tumbang pokok  sawit yang lama, penanaman bibit sawit hingga kebun kelapa sawit kami kembali berbuah,” ungkap Jamal Komite Pengawas Koperasi Unit Desa (KUD) Mulus Rahayu.

Sejak 2016, Asian Agri telah memberikan bantuan kepada petani kelapa sawit di Indonesia melalui koperasi mereka masing-masing, sebagai bukti kontribusi dalam Program Peremajaan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia.

Selain itu, Asian Agri juga membantu petani dengan mencarikan mereka bank yang akan memberikan pinjaman untuk membiayai proses replanting mereka. Asian Agri juga bersedia menjadi perusahaan yang menjamin para petani, agar bank mau memberikan pinjaman kepada para petani tersebut.

Hasil yang memuaskan

Keberhasilan replanting sawit ternyata mampu menularkan keberanian bagi para petani sawit yang bergabung dalam KUD lainnya. Di lokasi yang berbeda, pada 19 Februari 2021, Koperasi Unit Desa (KUD) binaan PT Inti Indosawit Subur (Asian Agri), KUD Manunggal Jaya, melakukan tumbang perdana di Desa Adipurwa, Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, yang menandai dimulainya peremajaan kebun sawit rakyat seluas 226,22 hektar.

Kegiatan tumbang perdana ini pun dihadiri oleh Kepala Desa Adipurwa, Bambang Purwanto, Ketua KUD Manunggal Jaya, H. Muhtar, perwakilan manajemen Asian dan seluruh ketua Kelompok Tani di bawah naungan KUD Manunggal Jaya.

“Kami telah merasakan manfaat bermitra bersama Asian Agri melalui tanaman kelapa sawit generasi pertama. Kini, kami kembali melanjutkan kemitraan untuk tanaman generasi kedua. Harapan kami, produktivitas tanaman generasi kedua ini akan lebih baik dibanding sebelumnya,” jelas H. Muhtar.

Senada dengan pengalaman bermitra yang diungkapkan KUD Manunggal Jaya, kesuksesan replanting dalam kerangka kemitraan pun dirasakan oleh Pawito, Jamal dan rekan-rekannya di KUD Mulus Rahayu, Kabupaten Siak, Riau.

Bulan Desember 2018 menjadi periode yang menggembirakan sekaligus melegakan bagi Pawito, Jamal dan rekan-rekannya yang kini dapat menikmati hasil manis dari komitmen dan kerja keras mereka dalam replanting.

Bersama dengan Bupati Siak, yang kini merupakan Gubernur Riau terpilih periode 2019 – 2024, Drs. H. Syamsuar M.Si., para petani melakukan panen perdana yang menandai keberhasilan dari program peremajaan yang mereka pilih sebagai solusi meningkatkan produksi kebun sawit mereka.

“Saat ini kami akan masuk ke tahap peremajaan yang kedua untuk para petani yang kemarin masih ragu dalam melakukan peremajaan. Kini saya tidak perlu bersusah-susah untuk membujuk karena rekan-rekan petani sudah dapat melihat sendiri hasil dari peremajaan yang telah dilakukan,” ujar Pawito.

Sukses melakukan program peremajaan tahap pertama, kini 135 anggota KUD Mulus Rahayu tersebut bersiap untuk mendukung 70 petani sawit lainnya yang belum melakukan peremajaan lahan untuk ambil bagian dalam program peremajaan lahan tahap kedua yang akan dilaksanakan tahun ini.

Hingga saat ini Asian Agri telah bermitra dengan para petani plasma dan swadaya yang mengelola lebih dari 100.000 hektar kebun kelapa sawit rakyat di Riau, Jambi, dan Sumatera Utara melalui Komitmen Kemitraan One to One.

Perusahaan terus berkomitmen untuk menjangkau lebih banyak petani melalui program kemitraan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan mendukung pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya