Hikmadnya Hari Raya Nyepi di Pulau Seribu Masjid
- ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
VIVA – Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1943 yang dirayakan umat Hindu di Mataram, Nusa Tenggara Barat, berlangsung sangat hikmad. Toleransi umat beragama, terjaga dengan baik.
Toleransi dan kerukunan umat beragama di Pulau Seribu Masjid Lombok NTB ini, terlihat dari suasana Nyepi di Kota Mataram, yang juga banyak dihuni warga beragama Hindu. Perayaan ini juga berlangsung di tengah pandemi COVID-19.
Sejumlah perkampungan umat Hindu di wilayah Cakranegara, Mataram, yang menjadi perkampungan mayoritas umat Hindu Lombok, tampak lengang. Jalan-jalan ditutup, menggunakan palang kayu dan portal.
Baca juga:Â Hari Raya Nyepi, Jokowi: Luruhlah Amarah, Dendam dan Dengki
Begitu juga, gerbang masuk rumah warga, juga tertutup rapat. Pusat ekonomi seperti pasar dan pertokoan di sekitar perkampungan Hindu, juga ikut tutup sebagai wujud penghormatan dan menjaga toleransi antar umat beragama.
Yang terlihat hanya pengaman banjar atau pecalang, berkeliling kampung menjaga keamanan banjar. Para pecalang ini, bertanggungjawab penuh terhadap gangguan keamanan, baik dari dalam maupun dari luar selama perayaan Nyepi berlangsung.
Perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1943 ini, memang berbeda, karena di tengah pandemi. Para pecalang tidak bosan-bosannya memberikan himbauan kepada warga untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perayaan Nyepi. Termasuk patuh pada protokol kesehatan.
Bagi umat Hindu perayaan Nyepi adalah pembersihan diri dari hawa nafsu atau biasa disebut catur brata penyepian. Yaitu amati geni atau tidak menyalakan api. Amati karye atau tidak bekerja. Amati lelungan atau tidak bersenang-senang. Dan amati lelanguan atau tidak bepergian.
Laporan: Herman Zuhdi - Rahmatul Kautsar/ tvOne Mataram, NTB.