Pengakuan Gatot Nurmantyo Diajak Kudeta AHY Demi Jadi Ketum Demokrat
- Youtube Karni Ilyas Club
VIVA – Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo mengaku sempat diajak terlibat dalam kudeta Ketua Umum Partai Dmeokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY. Namun, dia langsung menolaknya mentah-mentah.
Diketahui, Jenderal (Purn) Moeldoko yang kini menjabat sebagai Kepala Staf Presiden dipilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB . Partai Demokrat sendiri merupakan partai yang dibangun oleh SBY.
Pengakuan Gatot ini disampaikan dalam wawancara dengan Bang Arief yang diunggah di akun Instagram resminya @nurmanyo_gatot yang dikutip VIVA, Minggu 7 Maret 2021.
Begini kutipan wawancara tersebut:
Gatot: Banyak yang bertanya kepada saya, 'Pak, Bapak juga digadang-gadang menjadi...'. Ya saya bilang 'Siapa sih yang enggak mau. Partai dengan 8% kalau enggak salah kan, besar, kan dia mengangkat Presiden, segala macam kaya gitu'. Ada juga yang datang sama saya
Arief: Respons Bapak? Respon Bapak gimana?
Gatot: Datang, 'Wuh menarik juga' saya bilang. Gimana prosesnya? Begini pak, nanti kita bikin KLB. KLB terus gimana? Ya nanti visi yang dilakukan adalah kita mengganti AHY dulu. Mosi tidak percaya, AHY turun. Setelah turun, baru pemilihan, 'Bapak nanti pasti deh begini, begini'. Oh begitu ya, saya bilang begitu gitu.
Gatot: Saya bilang menurunkan AHY, saya bilang gini loh 'Saya ini bisa naik bintang satu, bintang dua, taruh lah itu biasalah. Tapi kalau begitu saya naik bintang tiga itu Presiden pasti tahu kan gitu. Kemudian jabatan Pangkostrad, pasti Presiden tahu. Apalagi Presidennya tentara waktu itu Pak SBY ya kan.
Tidak sembarangan gitu. Bahkan saya Pangkostrad dipanggil oleh SBY ke Istana 'Kamu akan saya jadikan Kepala Staf Angkatan Darat'. Karena saya terima kasih atas penghargaan ini dan akan saya pertanggungjawabkan. 'Laksanakan tugas dengan profesional. Cintai prajuritmu dan keluarga dengan segenap hati dan pikiranmu. Itu saja Selamat'. Beliau tidak titip apa-apa, tidak pesan lainnya lagi.
Maksud saya begini, apakah iya saya dibesarkan oleh dua Presiden. Satu Pak Susilo Bambang Yudhoyono, satu lagi Pak Joko Widodo kan gitu. Terus saya membalasnya dengan mencongkelkan rakyat?.