Tenaga Medis COVID-19 di Agam Belum Dapat Insentif sejak Juni 2020

Ilustrasi perawat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

VIVA – Para tenaga medis yang menangani pasien COVID-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dilaporkan belum menerima uang insentif alias tunjangan sejak Juni 2020.

Andika Perkasa Tawarkan Solusi Permasalahan Pengangguran di Jateng

Ketua Ikatan Dokter Indonesia Cabang Agam Dr Elvera Susanti menyebut manajemen rumah sakit maupun Dinas Kesehatan setempat terkesan mengabaikan bahkan lepas tangan. Para tenaga kesehatan telah memprotes kepada otoritas terkait, tapi sejauh ini belum ada kejelasan.

"Yang bertugas di RSUD Lubuk Basung, terakhir terima itu pada Juni tahun lalu. Sampai saat ini, tidak lagi menerima. Kita sempat aksi, kita datangi manajemen rumah sakit dan Dinkes setempat. Tapi, tetap saja yang kita tuntut [hak] itu tidak dibayarkan. Sementara, kita ini bekerja dengan nyawa taruhannya,” kata Elvera kepada VIVA, Selasa, 23 Februari 2021.

Bertemu PM India Narendra Modi, Prabowo Cerita RI Kekurangan Tenaga Medis

Baca: Jeritan Nakes di Pariaman, 7 Bulan Insentif COVID-19 Belum Dibayar https://www.viva.co.id/berita/nasional/1349836-jeritan-nakes-di-pariaman-7-bulan-insentif-covid-19-belum-dibayar

Dokter spesialis paru itu menjelaskan, Dinas Kesehatan Agam sempat memberikan keterangan bahwa uang insentif yang berkaitan dengan COVID-19 dapat dicairkan apabila sudah diajukan ke Kemenkes RI. Sistem pengajuan berikut dengan daftar penerima insentif dilakukan melalui sebuah aplikasi dari Kemenkes.

Jerman Krisis Tenaga Kerja Sektor Perawatan Kesehatan

Nelangsa para nakes berkaitan dengan insentif itu, kata Elvera, bertambah dalam ketika mengetahui bahwa kini kepala Dinas Kesehatan setempat mengundurkan diri dari jabatan. Ia mundur meninggalkan persoalan yang berkaitan dengan hak nakes. Jika manajemen rumah sakit hingga Dinkes saling lempar tanggung jawab, yang menjadi korban adalah para nakes.

Sementara para nakes harus dihadapkan dengan tugas dan risiko berat seperti terinfeksi COVID-19 yang bisa menyebabkan kematian. Sementara, 'uang lelah' yang diharapkan tak kunjung diterima. "Jika kendalanya pada sistem unggah informasi data penerima yang katanya melalui aplikasi itu, harusnya Dinkes segera selesaikan itu. Jangan beri kami alasan yang tidak masuk akal."

Sempat tutup ruang isolasi

Elvera juga sempat mengambil keputusan berat dengan menutup sementara layanan isolasi bagi pasien COVID-19. Langkah penutupan layanan isolasi itu sebagai bentuk protes keras karena insentif tak kunjung diterima.

Manajemen maupun rumah sakit pada waktu itu meminta layanan isolasi kembali dibuka dan berjanji akan segera menyelesaikan persoalan yang berkaitan dnegan insentif.

"Kembali lagi, panggilan hati dan tugas sebagai Dokter, membuat saya memutuskan untuk membuka kembali layanan isolasi dan menerima pasien yang dinyatakan terkonfirmasi positif," katanya.

"Ini pekerjaan taruhan nyawa. Kita satu minggu sekali di-swab test untuk memastikan diri tidak terinfeksi. Tapi, hati dan panggilan tugas membuat saya kembali membuka layanan isolasi itu."

Elvera mengaku akan ikhlas jika uang insentif mesti dipotong sebagian, misalnya karena memang anggaran yang cekak. "Tapi bayarkan secara rutin setiap bulan. Jangan lepas tangan atau tanggung jawab. Pikirkan nasib kami,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya