Survei Indikator Politik: 41 Persen Warga Tidak Bersedia Divaksin
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
VIVA – Indikator Politik merilis hasil survei yang dilakukan, terkait dengan vaksinasi COVID-19. Survei dilakukan pada 1-3 Februari 2021. Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi menjelaskan, survei yang mereka lakukan ini adalah setelah proses vaksinasi yang dilakukan terhadap Presiden Joko Widodo pada Januari 2021.
"Jadi asumsinya setelah 2 kali Presiden Jokowi melakukan vaksin dan diliput secara luas, seharusnya ada peningkatan awareness publik terkait dengan program vaksin. Karena influencernya langsung Presiden sendiri, orang nomor satu di republik ini," jelas Burhanuddin, dalam paparannya melalui virtual, dikutip Senin 22 Februari 2021.
Maka yang menjadi fokus dari survei tersebut adalah siapa yang cenderung menolak untuk menerima vaksin. Lalu kemungkinan adanya resisten terhadap vaksinasi yang sedang berjalan ini.
Baca juga: Kapolri Diminta Proses Laporan PTPN soal Lahan Habib Rizieq
Pada point pertanyaan, jika divaksin COVID-19 sudah tersedia, apakah ibu/bapak bersedia melakukan vaksinasi COVID-19, masih cukup tinggi yang tidak bersedia.
Informasi vaksinasi memang sudah diketahui masyarakat yakni 91.3 persen. Juga 81,9 persen setuju setelah vaksin dinyatakan halal oleh MUI. Tetapi, sebanyak 15,8 persen sangat bersedia divaksin, 39,1 persen cukup bersedia. Lalu 32,1 persen kurang bersedia divaksin, 8,9 persen sangat tidak bersedia. Sementara 4,2 persen tidak menjawab.
"Namun, sangat banyak warga yang kemudian tidak lantas bersedia divaksin (41 persen), terutama karena alasan efek samping vaksin yang belum dipastikan (54.2 persen). Kemudian efektivitas vaksin (27 persen), merasa sehat atau tidak membutuhkan (23.8 persen), dan jika harus membayar (17.3 persen)," isi kesimpulan seperti dikutip dalam hasil paparan survei Indikator Politik Indonesia.
Temuan lain dari survei Indikator Politik ini adalah masalah efektivitas vaksin dalam mencegah COVID-19. Yang percaya adalah sekitar 53.5 persen warga, yang tidak percaya sekitar 30.3 persen, dan selebihnya tidak bisa menilai, 16.3 persen.
"Tingkat kepercayaan publik terhadap berbagai varian vaksin Corona tampak rendah, secara umum lebih banyak yang kurang percaya,".
Survei dilakukan dengan melalui telepon, karena masih pandemi COVID-19. Dari 206.983 responden, sebanyak 7.604 dipilih untuk ditelepon melalui acak. Dan yang berhasil diwawancarai sebanyak 1200 responden.
Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar ± 2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.