Penderita Kanker di RI Tahun 2020 Tambah 400 Ribu, Banyak Wanita

Donor Rambut untuk Penderita Kanker
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Badan Internasional untuk Penelitian Kanker WHO mencatat jumlah penderita baru di Indonesia pada 2020 mencapai 400 ribu dengan persantese 54 persen terjadi pada perempuan.

Hindari 5 Makanan Penyebab Kanker Payudara yang Sering Jadi Menu Sehari-hari!

Pencegahan dini terhadap perempuan dinilai menjadi sangat penting agar terhindar dari serangan kanker. Terutama kanker payudara masih mendominasi kasus kanker di Indonesia. Terhitung 20 persen dari kasus yang menyerang wanita. Sementara Indonesia tercatat sebagai negara ke-8 di dunia dengan penderita kanker terbanyak sedunia.

“Wanita perlu dididik tentang tanda dan gejala kanker payudara,” kata Dr Wong Chiung Ing yang merupakan konsultan senior yang memiliki minat khusus pada kanker payudara dan ginekologi di Parkway Cancer Centre dalam diskusi online bertajuk "Woman Cancer : Shared Cancer Treatment Decisions" pada Rabu 17 Februari 2021.

Jadi Biang Kerok Banyak Penyakit, Begini Trik Kurangi Penggunaan Garam pada Masakan

Kasus kanker yang terjadi di antaranya kanker payudara, mulut rahim (serviks) dan rahim (ovarium) yang merupakan jenis kanker tertinggi yang banyak menimpa perempuan. Sementara pada pria kebanyakan terjadi kasus kanker paru-paru, hati dan usus besar (kolorektal).  

Dengan tingkat kematian mencapai 59 persen, publik diimbau wajib mengetahui seluk beluk tentang kanker, penyebab, tanda kemunculan dan gejala serta bentuk pengobatannya.

Tips dari IDI Bandung Barat untuk Atasi Mastitis dengan Cepat dan Aman

Sementara terjadinya kanker dikaitkan dengan berbagai alasan mulai dari profil genetik individu hingga kebiasaan gaya hidup seperti merokok. Oleh karena itulah mengenali tanda dan gejala serta diagnosis yang tepat sejak dini dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam penanganan kanker.

“Beberapa di antaranya termasuk benjolan di payudara, inversi puting susu, atau perubahan kulit yang tidak normal. Sebagian besar kanker payudara ditemukan saat masih terlokalisasi di payudara dan di kelenjar getah bening di ketiak pada sisi yang sama. 

“Kanker payudara pada fase lebih dini dapat diobati secara efektif dan berpotensi dapat disembuhkan dengan operasi, kemoterapi, terapi hormonal, terapi bertarget, dan radioterapi,” lanjut Dr Wong.

Di sisi lain, kanker serviks disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) dan terjadi di jaringan serviks (organ yang menghubungkan rahim dan vagina). Infeksi HPV yang didapat secara seksual sangat umum terjadi. Sementara 80 persen atau 90 persen infeksi bersifat sementara dan sebagian kecil kasus dapat memicu pertumbuhan abnormal pada sel-sel lapisan dalam. 

Sel-sel ini kemudian dapat berkembang menjadi prakanker, perubahan prainvasif yang disebut Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN) yang pada akhirnya dapat menyebabkan kanker invasif. Tidak ada tanda atau gejala infeksi HPV, perubahan prakanker atau bahkan dalam beberapa kasus, dari beberapa kanker serviks stadium awal. 

Dalam banyak kasus pihaknya mencatat, gejala dapat berkembang hanya ketika sel kanker mulai menyerang jaringan sekitarnya. Kabar baiknya adalah kanker serviks adalah salah satu kanker yang paling dapat dicegah dan diobati jika terdeteksi sejak dini.

"Skrining serviks secara teratur dapat mendeteksi sel prakanker atau kanker di serviks dan secara signifikan mengurangi risiko berkembangnya kanker serviks,” lanjutnya.

Vaksinasi HPV juga diketahui dapat mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan pada wanita karena merangsang kekebalan terhadap jenis HPV tertentu penyebab kanker serviks.

Sebagaimana dalam kasus kanker payudara, salah satu penyebab kanker ovarium yang diketahui adalah karena mutasi gen yang diturunkan. Kanker ovarium memiliki kejadian lebih tinggi pada wanita di atas usia 40 tahun. Wanita yang menjalani terapi hormonal setelah menopause, dan mereka yang melahirkan di atas usia 35 tahun juga berisiko lebih tinggi terkena kanker ovarium.

Namun demikian meskipun kanker yang menyerang wanita terlihat sangat menakutkan, kemajuan teknologi medis dan pemahaman yang lebih baik tentang kanker memungkinkan dokter menawarkan strategi pengobatan pasien yang dapat menghasilkan hasil klinis dan kualitas hidup yang lebih baik. 

“Tidak seperti pendekatan tradisional di mana pembedahan sering diresepkan sebagai pengobatan utama. pasien kadang-kadang dapat memperoleh manfaat dari kemoterapi neo-adjuvant untuk mengecilkan tumor kanker sebelum pembedahan untuk hasil yang jauh lebih baik bagi pasien,” kata dia. 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya