Putra Hasyim Muzadi Desak SKB Tiga Menteri Dicabut

Muhammad Yusron Ash-Shidqi, Direktur Eksekutif Institut Hasyim Muzadi yang juga putra bungsu mendiang ketua umum Nahdlatul Ulama Hasyim Muzadi
Sumber :
  • VIVA/Zahrul Darmawan

VIVA – Institut Hasyim Muzadi (IHM) menyambut baik niat pemerintah untuk menegakkan toleransi antarumat beragama di Tanah Air. Namun di sisi lain, keberadaan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri dinilai tidak tepat.

Buntut Viral Mobil RI 36, Tokoh NU Sentil Raffi Ahmad: Manusia ini IQ-nya ...

Point yang menjadi perdebatan sampai sekarang adalah tentang penggunaan pakaian seragam dan atribut bagi peserta didik.

“Kita menolak bukannya tidak suka, tapi toleransi bisa dengan jalan alternatif lain. Kalau ada kasus, ya, per kasus diselesaikan, jangan dipukul rata secara menyeluruh,” kata Direktur Eksekutif IHM, Muhammad Yusron Ash-Shidqi, di Pesantren Al-Hikam, Depok, Jawa Barat, pada Selasa, 16 Februari 2021.

Wakil Rais Aam NU: MLB Direstui Sesepuh Kebohongan Belaka

Baca: Muhammadiyah: SKB 3 Menteri Soal Seragam Sekolah Tidak Ada Masalah

Dia mengingatkan, aturan itu jangan sampai memicu benturan antarumat beragama. Jika dikaitkan dengan pendidikan, SKB justru menghilangkan semangat keagamaan di dalam perundang-undangan pendidikan.

Pra MLB NU Usulkan Daftar Calon Ketum PBNU, Tak Ada Nama Gus Yahya

SKB 3 Menteri ini melarang sekolah dan pemerintah daerah untuk mengimbau. Hal ini bertentangan dengan spirit pendidikan untuk menyampaikan kebaikan. Masa tidak boleh mengimbau dalam dunia pendidikan, apalagi ini antarsesama pemeluk agama dalam menyampaikan risalah Tuhan,” katanya.

Atas dasar itulah, IHM meminta SKB TIga Menteri Nomor 02/KB / 2021, Nomor 025-199 Tahun 2021, dan Nomor 219 Tahun 2021 tentang penggunaan pakaian seragam dan atribut bagi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan di lingkungan sekolah yang diselenggarakan pemerintah daerah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk dicabut.

Putra bungsu mendiang ketua umum Nahdlatul Ulama Hasyim Muzadi itu menyarankan pemerintah merujuk pada UUD 1945 dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Seragam Sekolah. 

Sebab, katanya, jika dikaitkan dengan undang-undang, SKB bertentangan dengan Permen Nomor 45 tahun 2014, yakni berkenaan dengan Pasal 3 Ayat 4 poin D, yaitu pakaian seragam khas sekolah diatur oleh masing-masing sekolah dengan tetap memperhatikan hak setiap warga negara untuk menjalankan keyakinan agamanya masing-masing.

“Ini bertentangan dengan Sisdiknas Pasal 12 tentang peserta didik. Bertentangan juga dengan UUD 1945 pasal 29 ayat 2, bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing, dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu,” katanya.

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar di kantor PWNU Jatim.

Kursi Gus Yahya Digoyang Isu MLB PBNU, Rais Aam: Ini Dinamika yang Wajar

Namun, Rais Aam PBNU Kiai Miftachul Akhyar mempertanyakan kepentingan di balik kemunculan isu MLB PBNU.

img_title
VIVA.co.id
17 Januari 2025