Geger, Makam Ulama Zaman Kesultanan Aceh Ditemukan di Tol Sibanceh

Makan Ulama zaman Kesultanan Aceh ditemukan di kawasan pembangunan jalan tol.
Sumber :
  • VIVA/Dani Randi

VIVA – Makam ulama zaman Kesultanan Aceh Darussalam ditemukan di kawasan pembangunan Tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) tepatnya di gerbang tol Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar.

Laba Bersih Hutama Karya Meroket Capai Rp 844 Miliar di Kuartal III-2024

Makam yang ditandai dengan nisan itu terletak di lokasi proyek pelebaran jalan masuk pintu tol. Nisan tersebut berbentuk bulat dan ada yang silendris jumlahnya puluhan di satu titik. Diyakini sudah ada sejak abad ke-18 akhir, atau pada masa akhir Kesultanan Aceh Darussalam.

Sejarawan Aceh dari Universitas Syiah Kuala, Husaini Ibrahim mengatakan, dari tipe, bentuk dan corak batu nisan, itu merupakan makam ulama pada era Kesultanan Aceh pada abad ke-18 akhir.

Daftar Jalan Tol yang Dikelola Astra Infra

“Itu masuk tipe yang ketiga berkisar ke abad 18 akhir. Kalau kita lihat model-model itu, makam ulama,” kata Husaini saat dikonfirmasi, Rabu, 10 Februari 2021.

Husaini menjelaskan dari nisan itu tidak ada informasi ataupun tulisan. Hal itu diperkuat karena zaman era Kesultanan Aceh Darussalam, nisan ulama polos dan tanpa tulisan. Berbeda dengan nisan kerajaan yang memiliki informasi berbentuk tulisan-tulisan.

Hasil Investigasi Kecelakaan Tol Cipularang Jadi Acuan Kemenhub Perbaiki Aspek Keselamatan

“Saya melihat itu tidak ada informasi ataupun tulisan. Karena batu nisan ulama saat itu polos berbentuk bulat tanpa ada tulisan. Itu masuk bagian akhir Kerajaan Aceh Darussalam,” ujarnya.

Pihaknya sebelum penemuan itu sudah pernah menyampaikan ke pihak balai pelaksanaan jalan nasional (BPJN) untuk menghindari pembangunan di lokasi makam di kawasan tersebut.

“Dari penemuan itu, kewajiban mereka harus melakukan pelestarian, tapi kita masih menunggu yang penting sudah kita konfirmasi terkait penemuan itu,” katanya.

Ia berharap nisan tersebut diselamatkan karena bagian dari warisan Kerajaan Aceh Darussalam. 

“Kita berharap bisa diselamatkan, namun pembangunan terus lanjut tapi tidak merusak warisan sejarah,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya