Vaksin Corona untuk Lansia Ibarat Jas Hujan di Kala Hujan Lebat
- dw
Jangan terlena dengan vaksin, perkuat testing dan tracing
Pakar epidemiologi dari Universitas Airlangga Windu Purnomo menilai keputusan BPOM memberikan izin penggunaan darurat vaksin COVID-19 bagi lansia sudah tepat. Menurutnya, program vaksinasi yang bertujuan untuk mengendalikan pandemi memang seharusnya memiliki prioritas, apalagi vaksin yang digunakan tidak bisa diperoleh secara serempak.
Dalam konteks pandemi COVID-19, ada dua prioritas pertama yang harus divaksinasi menurut Windu. Yang pertama adalah kelompok yang berisiko tinggi untuk tertular virus, dalam hal ini para tenaga kesehatan, dan yang kedua adalah semua golongan yang berisiko tinggi mengalami kematian, dalam hal ini lansia 60 tahun ke atas dan punya penyakit penyerta.
“Jadi BPOM tepat sekali mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk lansia ya. Itu yang seharusnya. Dan itu mestinya dulu-dulu, kalau bisa, tapi ya cuman kan bukti ilmiahnya mungkin belum ada [dulu],” kata Windu kepada DW, Selasa (9/2).
Windu mengatakan tidak masalah izin penggunaan darurat yang dikeluarkan oleh BPOM didasarkan pada data uji klinis di negara lain, asalkan vaksin yang diuji sama dan bukti ilmiahnya meyakinkan. Meski begitu, perlu ada pengawasan ketat terkait Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) pada lansia yang telah diberikan vaksin.
Meski menyambut baik keputusan pemerintah terkait program vaksinasi, Windu menilai saat ini penanganan pandemi COVID-19 di tanah air seakan-akan hanya bergantung pada vaksin saja. Padahal ada banyak negara lain yang menurutnya sukses kendalikan pandemi jauh sebelum vaksin COVID-19 tersedia.
“Dengan apa? Kepatuhan protokol kesehatan dari masyarakat dan testing dan tracing yang kuat, yang kedua itu kita sangat lemah. Coba ini kuat tidak usah nunggu vaksin sampai bertahun-tahun kita sudah bisa lebih cepat selesai,” jelas Windu.
Ia turut menyinggung pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut bahwa vaksinasi di Indonesia bisa rampung kurang dari setahun. Menurutnya, pernyataan tersebut terlalu berani dan terlalu optimistis. Padahal saat ini Indonesia masih bergantung dari produsen dari luar negeri terkait ketersediaan vaksin. Windu memprediksi vaksinasi di Indonesia bisa rampung paling cepat dalam waktu 1,5-3 tahun.
“Yang penting jaminan ketersediaan. Kita tahu bahwa demand-nya kan tinggi banget 220 negara itu butuh vaksin, produsennya tidak sampe 10 sekarang. Saya kuatir itu,” ujarnya.