2 Juta Data COVID-19 yang Belum Masuk Bisa Turunkan Positivity Rate

Warga melintas di dekat mural bergambar tenaga medis dan Virus Corona (foto ilustrasi).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

VIVA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) yang merupakan Wakil Ketua Komite Penanganan COVID-19, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan pemerintah memiliki tugas untuk menyelesaikan persoalan data kasus COVID-19 antara pusat dan daerah yang belum sepenuhnya terintegrasi.

Bangkit Usai Dihantam Pandemi, Pendapatan Bisnis KAI Kini Tembus Puluhan Triliun

Dalam pertemuan dengan Wamenkes, ahli kesehatan dan epidemiolog yang berlangsung secara virtual belum lama ini, Menko Luhut sempat menyampaikan bahwa masih ada hampir 2 juta data atau mungkin lebih data yang belum di-entry.

Juru Bicara Menko Marves Jodi Mahardi menjelaskan 2 juta data tersebut bukan data kasus positif yang ditutupi, namun justru kasus-kasus negatif yang belum terlaporkan. Hal ini disebabkan karena selama ini banyak laboratorium yang cenderung lebih dahulu melaporkan kasus positif agar segera mendapat penanganan, sehingga data kasus negatif tertunda untuk dilaporkan.

Kisah Rizky Ridho Jualan Ayam saat Liga Dihentikan Akibat Pandemi: Uang Sisa Rp400 Ribu

“Sebenarnya bukan 2 juta kasus positif yang belum masuk. Tetapi, ada banyak hasil tes negatif yang tertunda untuk dilaporkan oleh laboratorium. Karena jumlah tes yang besar & tenaga entry terbatas, laboratorium cenderung lebih dahulu melaporkan hasil positif agar bisa segera ditindaklanjuti,” kata Jodi melalui siaran persnya, Sabtu, 6 Februari 2021.

Baca juga: Didatangi Satgas, Pasien COVID-19 di Tulungagung Keluarkan Linggis

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Menurut Jodi, beberapa pihak mungkin salah menangkap maksud dari apa yang disampaikan Menko Luhut dalam pertemuan virtual dengan epidemiolog. Yang dimaksud Menko Luhut akan berpengaruh pada positivity rate adalah 2 juta data tersebut justru akan membuat angka positivity rate menurun, bukan meningkat.

“Jadi ketika data tersebut nanti sudah terintegrasi dan dimasukkan, angka positivity rate juga akan turun karena memang banyak data kasus negatif yang tertunda untuk dilaporkan sebelumnya. Jadi artinya bukan ada kasus positif yang ditutupi dan yang ditakutkan terjadi lonjakan rasa-rasanya tidak akan terjadi,” ujar Jodi.

Integrasi data masih menjadi masalah dalam penanganan Covid-19. Sejak awal Menko Luhut fokus pada integrasi sistem manajemen yang baik, sehingga data yang disampaikan bisa faktual dan nyata.

Dengan momentum pandemi COVID-19 ini, Menko Luhut juga terus mendorong perwujudan big data kesehatan yang menampung dan mengintegrasikan berbagai sumber data kesehatan, seperti rekam medis elektronik, BPJS Kesehatan, vaksin, dan lain sebagainya.

“Memang ini menjadi pekerjaan rumah bersama. Tapi Menko Luhut melihat pandemi ini sebagai momentum yang tepat bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem database kita, bukan hanya di bidang kesehatan, tapi lainnya juga. Supaya ke depan kita bisa punya sistem manajemen data yang baik,” tutur Jodi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya