Epidemiolog: Kurva Pandemi Kita Begitu Lama dan Makan Korban Banyak
- dw
Dicky juga mengingatkan bahwa pemerintah tidak bisa ‘setengah-setengah’ dalam mengendalikan pandemi COVID-19. Artinya, setengah untuk sektor kesehatan, dan setengah untuk sektor ekonomi. Jika ini masih terus dilakukan, maka target capaian untuk keduanya ia sebut tidak akan berhasil. “Saya bukan ahli ekonomi, ya, tapi dari sisi kesehatan, jelas tidak akan ada dampak yang signifikan, dan itu merugikan, karena itulah yang membuat akhirnya kurva pandemi kita begitu lama, memanjang, menguat, dan memakan korban banyak”, jelasnya.
'Implementasinya belepotan'
Sedikit berbeda dengan Dicky, Pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono dalam sebuah wawancara terpisah justru mengatakan bahwa pernyataan Jokowi tidak sepenuhnya tepat.
“Tidak efektif itu kan kalau efektifitasnya 0. Menurut saya sih ada efektifitasnya tapi tidak 100%. Bahkan kurang dari 50%,” ujar Miko kepada DW, Selasa (2/2).
Miko menjelaskan bahwa dalam upaya penanggulangan COVID-19 ada beberapa indikator yang harus dilihat: penambahan jumlah testing, penambahan isolasi, dan penambahan karantina. Sementara terkait PPKM, yang perlu diperhatikan menurutnya adalah apakah kebijakan tersebut benar-benar diimplementasikan secara baik atau tidak.
“PPKM berguna untuk melakukan pembatasan sosial pada kegiatan yang, menurut saya, perlu dibatasi. Nah, kegiatan itu di dalam PPKM dibatasi kegiatan bekerja dengan WFH 75%. Jadi harus dilihat apakah WFH-nya bekerja. Kemudian masalahnya indikator yang dilihat oleh Pak Jokowi adalah mobilitas, menurut saya, salah betul, ya,” kata Miko.
Miko mencatat bahwa dalam implementasi kebijakan PPKM, khususnya terkait WFH, tidak diawasi dengan baik. “Implementasinya belepotan,” ujarnya. Selain itu, masyarakat juga ia sebut cenderung cuek mengingat dalam kebijakan PPKM tidak terlihat adanya sanksi yang dikenakan jika kewajiban bekerja dari rumah tidak dijalankan.