Dirut Garuda Ungkap Tak Bisa Ganggu Keputusan Pilot untuk Terbang
- Instagram/setiaputrairfan
VIVA – Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan pilot memiliki kewenangan penuh untuk tidak mau terbang dalam kondisi tertentu. Ketetapan itu bahkan tidak bisa diganggu gugat oleh pimpinan sekelas direktur utama.
Irfan menyatakan, hal itu merupakan salah satu standar operasional prosedur (SOP) yang ada di Garuda untuk memastikan bahwa penerbangan penumpang aman dan dalam kondisi baik.
"Ini adalah memberikan kewenangan veto, istilah kita, atau kewenangan akhir di pilot untuk menyatakan pesawat ini siap diterbangkan atau tidak," katanya dalam diskusi virtual, Selasa, 2 Februari 2021.
Baca: Brompton dan Harley Selundupan Eks Dirut Garuda Tak Jua Dilelang
Hak untuk tidak terbang itu, kata Irfan, diberikan penuh oleh perusahaan penerbangan terhadap pilot dalam kondisi seperti pesawat yang akan dikendarai tidak dalam kondisi prima dan cuaca yang buruk.
"Saya sebagai dirut tidak punya kewenangan untuk memveto keputusan pilot terbang atau tidak jadi, itu kewenangan penuh yang dilakukan pilot untuk memutuskan di saat terakhir," ujarnya.
Dia memberikan contoh, kewenangan Pilot in Command (PIC) itu terjadi beberapa hari lalu, ketika salah satu pesawat milik Garuda Indonesia tidak mampu memfungsikan wiper kaca kemudi. “Pilot katakan tidak mau terbang, kita ganti pesawat sehingga mengakibatkan sedikit delay," katanya.
Oleh sebab itu, dia menekankan, transportasi udara memiliki SOP yang ketat dalam menjamin keamanan para penumpangnya, terutama dalam kondisi buruknya cuaca seperti yang terjadi pada awal 2021.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan terjadinya penumpukan fenomena alam di sekitar Indonesia yang akan menyebabkan ekstremnya intensitas hujan sepanjang awal 2021.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, pada periode Januari sampai April 2021 akan terjadi peningkatan intensitas hujan di seluruh wilayah kepulauan Indonesia mencapai 40-80 persen.
Berbeda dengan beberapa wilayah di Bumi yang cuaca ekstremnya hanya dipicu fenomena La Nina, Indonesia, kata Dwikorita mendapat tumpukan fenomena alam yang makin memperburuk cuaca pada 2021.