Komjen Listyo Punya Impian Polisi Tanpa Pistol
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Kapolri terpilih, Komjen Listyo Sigit Prabowo memiliki program kebijakan untuk menjadikan Polri sebagai institusi yang prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan atau disebut Presisi. Ternyata, Listyo punya impian supaya polisi ke depan tidak lagi dipersenjatai pistol.
"Kami mencoba mengandai-andai, bagaimana polisi kami kedepan di lapangan tanpa pistol. Kemudian bisa bicara anda berhenti bubar, dan itu dilaksanakan. Itu cita-cita kami. Itu bisa terjadi kalau kepercayaan publik terhadap Polri tinggi. Itu impian kami, mudah-mudahan bisa kami wujudkan," kata Listyo saat uji kelayakan dan kepatutan pada Rabu, 20 Januari 2021.
Namun, Listyo menyadari saat ini tingkat kepercayaan publik terhadap Korps Bhayangkara memudar. Sehingga, ia sebagai orang yang diberi mandat untuk melanjutkan tongkat komando dari tangan Jenderal Idham Azis, punya tantangan ke depan bagaimana membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap Polri.
"Kami coba keliling bertemu dengan seluruh tokoh masyarakat, berdialog dan kami ingin tahu. Karena tidak mungkin pelayanan polisi itu sudah seperti yang ada dibayangan polisi, sehingga kami harus mendengar dari masyarakat. Apa sih yang diinginkan masyarakat tentang polisi," ujarnya.
Makanya, Listyo ingin melakukan transformasi kelembagaan dengan berbasiskan teknologi mengingat menghadapi revolusi industri 4.0. Tujuannya, untuk meningkatkan polisi yang memiliki kemampuan 4.0 karena memang harus mengikuti dan menyesuaikan perkembangan zaman.
"Program kami betul-betul bisa diawasi dengan SDM yang handal dan canggih, yang memang dibutuhkan di dalam perkembangan masyarakat. Memang, semakin hari bukan hanya 4.0 tapi masyarakat sudah mengenal 5.0 di Jepang," ujarnya.
Sementara, Listyo mengatakan rencana strategis Polri ke depan memang masuk tahap excellent atau unggul. Makanya, kata dia, program-program yang dipaparkannya itu bagaimana membentuk postur Polri yang presisi. Tujuannya, tidak lepas dari upaya Polri untuk memberikan rasa trust atau membangun kepercayaan masyarakat kepada polisi.
"Kita merubah interaksi-interaksi, bagaimana memanfaatkan teknologi informasi itu untuk menciptakan kultur baru, budaya polisi melayani, mengurangi risiko interaksi yang kemudian disitu bisa mengakibatkan penyalahgunaan wewenang dan Polri bisa dipercaya masyarakat," jelas dia.