UI Ciptakan Alat Bantu Pernapasan Pasien COVID-19, Diklaim Non-invasif
- VIVA/Zahrul Darmawan
VIVA – Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Persahabatan (RSUP) dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengembangkan alat bantu pernapasan yang dinamai High Flow Nasal Cannula (HFNC). Alat itu digadang-gadang mampu membantu penanganan pasien COVID-19.
Sejumlah akademikus UI dari Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran terlibat dalam pengembangan alat itu. Perangkat yang mereka rancang bekerja dengan memanfaatkan prinsip High Flow Oxygen Therapy (HFOT) dan ditujukan untuk penanganan pasien positif COVID-19 pada tahap awal.
Dekan Fakultas Teknik Hendri D.S. Budiono menuturkan, pengembangan alat HFNC merupakan contoh dari kolaborasi antara para pemangku kepentingan di bidang medis dan teknologi. Sekarang mereka memerlukan pengujian alat itu dan izin penggunaannya dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK).
Baca: Berada dalam Ruangan Lebih Dari Durasi Ini Berisiko Tertular COVID-19
Dalam keterangan tertulisnya pada Rabu, 20 Januari 2021, Budiono menjelaskan, HFNC merupakan alat terapi oksigen aliran tinggi. Metode terapi oksigen aliran tinggi (High Flow Oxygen Therapy, HFOT) merupakan salah satu metode non-infasif yang dapat digunakan untuk membantu pernapasan pasien positif COVID-19 pada tahap awal.
Salah satu cara untuk mengantarkan oksigen aliran tinggi kepada pasien menggunakan canula hidung atau nasal vannula, karena itu alat yang bekerja memanfaatkan prinsip HFOT sering disebut sebagai High Flow Nasal Cannula (HFNC).
Indonesia masih mengandalkan bahan baku impor dan belum ada produk HFNC lokal yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Menurut Anggota Tim Pengembangan HFNC UI, Ridho Irwansyah, alat yang mereka rancang bekerja dengan cara mengalirkan udara dengan kadar oksigen tinggi (21-100 persen) dan debit aliran sampai dengan 60 liter/menit.
Aliran dengan kecepatan tinggi ini dilewatkan pada ruang pemanas hingga mengalami kenaikan kelembaban (relative humidity, RH) serta temperatur hingga mencapai temperatur tubuh pasien. Penyesuaian kelembapan dan temperatur terhadap kondisi pasien untuk menjaga kenyamanan pasien.
HFNC, kata Perwakilan RSUP Persahabatan Yudhaputra Tristanto, sangat penting dalam penanganan pasien, terutama pasien COVID-19. Ada kemungkinan HFNC akan terus terpasang pada pasien hingga lebih dari 20 hari sehingga keandalan dan daya tahan alat sangat perlu diperhatikan.
Dekan Fakultas Kedokteran Prof. Ari Fahrial Syam mengaku sangat mengapresiasi pengembangan HFNC. Ia berpendapat, infeksi COVID-19 membuat penderita rentan mengalami kondisi hipoksia atau kondisi kurangnya oksigen dalam tubuh sehingga pada kondisi ini, terapi oksigen tambahan dibutuhkan.
Di tengah jumlah pasien positif COVID-19 yang masih meningkat, kebutuhan akan alat terapi oksigen juga ikut naik. Ari berharap, HFNC bisa segera mendapat izin edar dan bisa diproduksi dan dipakai oleh para petugas medis untuk membantu pasien-pasiennya.