Ahli Epidemiologi Ungkap Tingkat Efikasi Vaksin Sinovac

Ilustrasi vaksinasi COVID-19 untuk Tenaga Kesehatan
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Ahli epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman menyampaikan hasil final efikasi vaksin CoronaVac produksi Sinovac di Brasil sebesar 50,4 persen tidak berpengaruh dengan efikasi vaksin di Indonesia, sehingga masyarakat tidak perlu cemas. 

BPOM Targetkan WHO Maturity Level 4 untuk Tingkatkan Kualitas Pengawasan Kesehatan Masyarakat

Kata Dicky, angka efikasi di Brasil maupun di Turki tidak bisa disamakan dengan efikasi di Indonesia karena proses uji klinis tahap III-nya pun berbeda.

"Hasil yang sedikit di atas threshold WHO itu tetap memiliki makna karena tetap memiliki efikasi yang memenuhi standar, itu tetap bisa kita gunakan sebagai pelindung," kata Dicky, Senin, 18 Januari 2021.

Kini Hadir Cara Mudah Pantau Kesehatan Anak

Dia mengungkapkan, vaksin CoronaVac memang berbeda dari merek vaksin lain. Hal itu lantaran perusahaan Sinovac Biotech mempersilakan proses uji klinis tahap III dilakukan di daerah pemesan yakni Brasil, Turki, dan Indonesia.

Menurut Dicky, terbitnya izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) menandakan vaksin Sinovac sudah cukup memadai untuk dapat digunakan. Sebab, hasil uji klinis fase III di Bandung telah menunjukkan efikasi vaksin Sinovac sebesar 65,3 persen. 

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

"Efikasi yang memadai, saya sampaikan memadai karena dia sudah memenuhi threshold," ujarnya.

Vaksinolog Dirga Sakti Rambe menambahkan, angka efikasi 65,3 persen sudah cukup meyakinkan bahwa vaksin Sinovac untuk Indonesia aman dan efektif. "Melebihi standar minimum efikasi WHO 50 persen," ujar Dirga.

Sebelumnya, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny Lukito, menjelaskan efikasi di Brasil berubah-ubah karena efikasi tidak dapat dibandingkan dengan platform yang berbeda, walaupun platformnya sama dengan uji klinis di lokasi berbeda pun tidak dapat dibandingkan. Hal tersebut dikarenakan banyaknya parameter yang menentukan.

"Pertama dari relawan sudah berbeda, jumlahnya berbeda, kemudian tingkat risiko dari relawan berbeda di Brasil 100 persen adalah tenaga kesehatan, dan di Turki 20 persen adalah tenaga kesehatan dan 80 persen pekerja berisiko. Di Indonesia umum, dan ini justru lebih merepresentasikan masyarakat secara umum," ujar Penny.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, menyampaikan bahwa vaksin adalah upaya negara dalam melindungi masyarakat dari ancaman pandemi COVID-19 dan demi tercapainya kekebalan komunitas atau herd immunity.

"Kami telah menerima rekomendasi dari WHO (World Health Organization), bahwa nilai efikasi di atas 50 persen dapat diterima," kata Wiku, beberapa waktu lalu.

Seperti diketahui, saat ini jumlah kasus COVID-19 masih tinggi. Untuk itu selalu patuhi protokol kesehatan dan jangan lupa lakukan 3M: Memakai masker, Menjaga jarak dan jauhi kerumunan serta Mencuci tangan pakai sabun.

#satgascovid19
#pakaimasker
#jagajarak
#cucitanganpakaisabun
#ingatpesanibu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya