SBY Bilang 'Cautious Optimism' Hadapi 2021 dalam Pandemi COVID-19

Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono
Sumber :
  • VIVA/Syarifuddin Nasution

VIVA – Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan tahun 2020 yang telah dilalui sebagai tahun yang berat bagi umat manusia di seluruh dunia karena pandemi COVID-19.

BPOM Targetkan WHO Maturity Level 4 untuk Tingkatkan Kualitas Pengawasan Kesehatan Masyarakat

“Alhamdulillah, tahun 2020 telah kita lalui. Tahun kemarin sungguh sangat berat bagi umat manusia. Sejarah mencatatnya sebagai tahun yang kelam, tahun musibah dan tahun ujian. Secara global, pandemi corona yang amat ganas telah memakan korban jiwa sebesar 1,8 juta dan yang terjangkit mencapai 85 juta orang. Dampak dan ikutannya adalah krisis ekonomi yang memukul semua negara di dunia,” tulis SBY di akun Facebook-nya yang dikutip, Jumat, 8 Januari 2021.

Pendiri Partai Demokrat itu menjelaskan potret Indonesia kurang lebih sama. Rakyat Indonesia yang terinfeksi COVID-19 dan yang meninggal dunia jumlahnya juga lumayan besar, dan tercatat sebagai yang terbesar di Asia Tenggara dan Asia Timur. Perekonomian Indonesia juga mengalami resesi dan tekanan-tekanan lain, yang akhirnya menambah beban hidup dan penderitaan rakyat.

Kini Hadir Cara Mudah Pantau Kesehatan Anak

Baca: Terungkap, 7 Penyakit Lebih Mematikan dari COVID-19

“Saya pantau, sikap masyarakat dalam menghadapi tahun baru 2021 cukup beragam. Ada yang pesimis, ada pula yang optimis. Ada yang pasrah dan masa bodoh, ada juga yang punya semangat untuk ikut mengubah keadaan ke arah yang lebih baik. Saya sendiri memilih untuk bersikap lebih optimistis (cautious optimism) dan yakin bahwa negeri kita masih punya jalan untuk sukses. Artinya, peluang bagi meredanya badai corona dan pulihnya ekonomi kita memang ada,” katanya.

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Meski begitu, menurutnya, semua itu tak datang dari langit. Jangan pula bersikap taken for granted, seolah peluang baik itu akan datang dengan sendirinya. Jangan menganggap vaksin akan mengakhiri pandemi kemudian perekonomian niscaya pulih.

“Tuhan tidak suka. Mestinya sikap dan cara berpikir kita adalah dengan semangat dan tekad yang baru, mari kita makin bersatu dan berikhtiar sekuat tenaga agar semua permasalahan bangsa di tahun 2021 ini dapat kita atasi,” ujarnya.

SBY menyampaikan pemikiran yang, menurutnya, sederhana, bagaimana menggunakan peluang untuk memperbaiki kondisi dan situasi negara kita dari empasan krisis kembar, yakni pandemi COVID-19 dan krisis ekonomi.

Peluang ke arah keberhasilan, kata SBY, bisa dikaitkan secara langsung dengan tantangan dan permasalahan yang dihadapi. Mudahnya, jika permasalahan utama bangsa dapat diatasi di tahun 2021, peluang baik itu menjadi kenyataan. Untuk itu, mata rantainya, negara dan pemerintah mesti bisa mengidentifikasi permasalahan utamanya.

Setelah itu, fokus dan mengerahkan segala sumber daya untuk mengatasinya. Tentu saja kebijakan pemerintah yang tepat serta perencanaan dan pelaksanaan yang efektif sangat diperlukan. Demikian juga manajemen dan kepemimpinan di semua tingkatan, di seluruh Tanah Air, juga sangat menentukan suksesnya pekerjaan besar negara.

“Menurut pendapat saya, tantangan dan permasalahan bangsa yang utama ada tiga,” ujarnya.

Pertama, pandemi corona yang harus segera diatasi. Kedua, krisis ekonomi yang harus diakhiri dan kemudian ekonomi dipulihkan kembali. Ketiga, mungkin tak terkait langsung dengan dua permasalahan yang lain, yaitu melemahnya kerukunan masyarakat karena faktor identitas, politik dan ideologi yang tak boleh dibiarkan.

Permasalahan yang ketiga justru lebih mendasar dan jika diabaikan akan sangat buruk bagi kehidupan bangsa di masa depan. "Kalau tidak kita atasi dan kelola dengan baik, disharmoni sosial ini akan membuat bangsa kita benar-benar terpecah dan terbelah (divided)." (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya