Risma Temui Gelandangan di Thamrin, Ridwan Saidi: Nggak Masuk Akal
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA – Budayawan Jakarta Ridwan Saidi ikut menanggapi terkait polemik blusukan Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma. Ridwan heran dengan hasil penemuan blusukan Risma.
Menurut dia, blusukan Risma ketemu gelandangan di jalur Sudirman-Thamrin Jakarta tidak masuk akal. Ia mengatakan demikian karena merujuk penelitian yang masih dilakukan olehnya.
"Saya masih melakukan penelitian dengan biaya saya sendiri. Itu yang dikatakan ada tuna wisma di Sudirman-Thamrin mengherankan. Dia tidur di mana kalau malam. Kalau merazia tuna wisma, dia tidurnya di mana? Tidur di HI. Itu yang enggak masuk di akal," kata Ridwan dalam acara Kabar Petang tvOne yang dikutip VIVA pada Jumat, 8 Januari 2021.
Ridwan pun menunjukkan beberapa tempat di Jakarta yang masih terdapat gelandangan seperti Tanah Abang dan kolong Tol Lodan. Untuk area protokol Ibu Kota, ia meyakini tak ada gelandangan.
"Yang saya bisa tunjukkan tempat-tempat tuna wisma itu masih ada di bongkaran Tanah Abang, masih ada di kolong Tol Lodan. Tapi, di tempat lain sudah enggak ada, sudah enggak ada," jelas Ridwan.
Menurut dia, Pemerintah Provinsi DKI berhasil meminimkan keberadaan tunawisma. Ia menyinggung ada informasi keliru kepada Risma soal gelandangan di Sudirman-Thamrin. Ridwan pun meragukan soal video blusukan Risma di media sosial yang bertemu gelandangan.
"Video pada hari itu, di-day itu yang dibuat. Melongok aja ke Thamrin, kita kan ngerti yang begituan. Jangan dibuat video yang saat itu. Enggak ada, enggak masuk diakal," tutur Ridwan.
Risma Dibela
Meski ramai dikritik, ada suara yang membela Risma terkait aksi blusukannya. Politikus PDIP Aria Bima membela kolega satu partainya tersebut.
Dia menekankan tak ada persoalan dengan gaya blusukan Risma menemui gelandangan. Menurut dia, cara blusukan eks Wali Kota Surabaya itu juga bukan pencitraan.
Bagi Aria, sosok Risma sudah populer karena keberhasilan memimpin Kota Surabaya selama dua periode. Dengan demikian, figur sekelas Risma pun tak perlu pencitraan dalam dalam blusukan.
"Pertanyaan balik ya, apa setingkat Bu Risma yang sukses dan cukup populer karena berhasil membangun kota Surabaya selama dua periode, terbukti sukses masih butuh namanya kepopuleran. Dan, untuk kesuksesan sebagai pencitraan. Ini yang saya pertanyakan, apa Bu Risma masih butuh itu?" kata Aria di acara Apa Kabar Indonesia Malam tvOne.
Dia mengatakan gaya blusukan adalah cara efektif bisa dekat kepada rakyat. Blusukan sebagai gaya kepemimpinan langsung menemui rakyat.
"Itu gaya kepemimpinan, blusuk kan artinya blusuk kepada rakyat. Bentuk gaya kepemimpinan transformatif," ujar Aria.
Baca Juga: Eks Mensos: Tidak Ada Tuna Wisma atau Pengemis di Daerah Protokol DKI