Fadli Zon Kritik Keras Gus Yaqut Gegabah Pelintir Populisme Islam

Politikus Gerindra Fadli Zon.
Sumber :

VIVA – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut jadi sorotan sejak dilantik Presiden Jokowi. Terakhir, ucapannya yang dipersoalkan terkait populisme Islam yang berkembang di Tanah Air dan tak bisa dibiarkan.

Mega Diversity, Fadli Zon Akan Daftarkan Lebih Banyak Warisan Budaya Indonesia ke UNESCO 

Anggota DPR dari Fraksi Gerindra, Fadli Zon mengkritik keras pernyataan Gus Yaqut. Menurutnya, politikus PKB itu memelintir istilah populisme Islam.

"Istilah tersebut tidak tepat digunakan dan menurut saya bisa memberikan salah persepsi terhadap istilah populis dan populisme Islam. Dan, ini perlu kita kritik dan perlu kita luruskan," kata Fadli dalam akun Youtube Fadli Zon Official yang dikutip VIVA pada Rabu, 30 Desember 2020.

Forum G20 di Brasil, Fadli Zon Serukan Repatriasi Artefak Budaya untuk Pemulihan Keadilan Sejarah

Dia pun menjelaskan beberapa alasan perlunya ucapan Gus Yaqut dikritik. Ia menyebut, yang pertama, Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor itu sudah gegabah soal istilah populisme Islam.

"Menteri Agama secara gegabah telah memelintir islah populisme Islam sebagai paham yang berupaya agama menjadi norma konflik," jelas Fadli.

Kenalkan Kementerian Kebudayaan Indonesia, Fadli Zon Singgung AI dalam Forum G20

Bagi Fadli, pernyataan Gus Yaqut itu sebagai kekeliruan yang fatal, lantaran disamakan dengan radikalisme.

"Pemelintiran semacam itu jelas keliru. Apalagi dalam pernyataan yang sama, ia mempersamakan populisme dengan radikalisme. Itu bentuk kesalahpahaman yang sangat fatal," lanjut Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu.

Kemudian, ia menyindir Gus Yaqut agar bisa memahami istilah populisme. Kata dia, istilah tersebut adalah kosakata biasa. Hal ini baik dalam ilmu politik maupun dalam kajian demokrasi. 

Fadli pun menyinggung status Gus Yaqut yang padahal berasal dari parpol berideologi Islam yaitu PKB.

"Tak ada problem intrinsik dalam istilah tersebut. Secara semantik populisme berarti gagasan dari kalangan elite yang memberikan perhatian kepada kepentingan rakyat kecil," tuturnya.

"Dalam kaitannya dengan istilah populisme Islam istilah tersebut juga bisa dimaknai sebagai gagasan yang berusaha mengartikulasikan kepentingan umat Islam. di mana salahnya?" ujar Fadli.

Dia meminta Gus Yaqut selaku menteri agama seharusnya banyak menjalankan fungsi sebagai jembatan dari pihak pemerintah. Dalam posisi itu, menurutnya, Panglima Banser tersebut mestinya menjalankan politik inklusi yaitu merangkul dan mengajak.

"Bukannya melanjutkan politik eksklusi dari menteri agama sebelumnya yang terus menerus membangun tembok umat beragama. Seolah-olah ada permasalahan antara kaum sana dengan kaum sini," sebut eks Wakil Ketua DPR itu.

Sebelumnya, Gus Yaqut menyinggung populisme Islam yang mulai berkembang di Indonesia. Ia bilang ada pihak yang menggiring agama sebagai norma konflik sehingga istilahnya populisme Islam.

Ia tak mau populisme Islam ini berkembang luas dan bisa membuat kewalahan memeranginya.

"Belakangan kita merasakan ada yang berusaha menggiring agama menjadi norma konflik. Agama dijadikan norma konflik itu dalam bahasa ekstremnya, siapapun yang berbeda keyakinanannya, maka dia dianggap musuh dan karenanya harus diperangi. Istilah kerennya itu populisme islam," ujar Gus Yaqut dalam acara webinar, Minggu, 27 Desember 2020. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya