Logo BBC

21 Tahun Menanti, Pasutri Tertua dari Madura Berhasil Punya Anak

Su'diyah BBC Indonesia
Su'diyah BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Namun, ujian itu tak membuat Su`diyah menyerah, keinginan untuk punya anak, lebih besar dari hambatan yang harus dihadapi.

Divonis Menopause Dini

Hati Su`diyah sempat hancur ketika seorang dokter memvonis dirinya memasuki masa menopause atau berakhirnya siklus menstruasi, yang berarti peluangnya untuk hamil akan tertutup.

Pengalaman buruk itu ia alami ketika berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan di Pamekasan.

"Saya kaget, kok bisa ya. Wong, mbak saya yang nomor dua masih mens biasa, masih normal saja, kok saya nomor 4 dibilang menuju menopause, makanya suami saya enggak mau kembali lagi ke sana," tutur Su`diyah.

Namun, ia tidak bisa menyebutkan tanggal, meski ia sudah berusaha mengingatnya. Belakangan ia senang karena ucapan dokter itu tidak terbukti.

Sebelum divonis menopause, Su`diyah bersama suaminya juga menjalani terapi tiup atau hidrotubasi, namun usaha itu juga tidak berhasil.

"Jadi saya dilakukan peniupan oleh dokternya ternyata enggak berhasil, disarankan untuk operasi caesar kecil untuk membuka penyumbatannya," jelas Su`diyah.

Namun, operasi itu tidak pernah terjadi, selain karena takut, ia dan suaminya tidak punya biaya. Sebab, tak sedikit biaya yang sudah mereka keluarkan untuk bisa mendapatkan momongan.

Sementara untuk mengikuti program bayi tabung, mereka mengeluarkan biaya sekitar Rp200 juta sampai melahirkan. Untuk mendapatkan biaya tersebut, mereka menggunakan seluruh tabungan dan berjualan kripik singkong sebagai tambahan.