Kaleidoskop 2020: Ibadah Haji Terbatas di Tengah Pandemi

Jemaah haji menerapkan social distancing saat melaksanakan Tawaf Qudum
Sumber :
  • Twitter @HajMinistry

VIVA – Penyelenggaraan ibadah haji tahun 1441 Hijriah atau tahun 2020 digelar secara berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Wabah COVID-19 yang melanda hampir seluruh dunia memaksa penyelenggaraan ibadah haji pun mesti dilakukan secara terbatas dengan protokol kesehatan yang sangat ketat.

Investasi Emas Makin Hot, Gen Z Diingatkan Mulai Disiplinkan Keuangan

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sempat gamang soal penyelenggaraan ibadah haji di tengah pandemi karena tak kunjung memutuskan. Mengingat kasus COVID-19 di Arab Saudi meski relatif terkendali tapi belum sepenuhnya hilang, karena angka pasien positif masih ditemukan.

Belum lagi banyak negara yang sudah mengonfirmasi tidak akan mengirim jemaah haji tahun 2020. Sebut saja Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Pakistan, Thailand, Singapura, Kamboja, Afrika Selatan dan India. Negara-negara tidak mengirimkan jemaah haji tahun 2020 karena pandemi corona.

Rahasia Sukses Memulai Bisnis Travel Haji dan Umrah untuk Pemula

Dengan beberapa pertimbangan, Arab Saudi akhirnya memutuskan untuk tetap menggelar ibadah haji tahun 2020 dengan skala sangat terbatas. Keputusan ini diambil untuk memastikan haji dilakukan dengan cara yang aman dari perspektif kesehatan masyarakat. 

1. Jemaah haji 2020 Cuma 1.000 Orang 

Kementerian BUMN dan Badan Penyelenggara Haji Bakal Bentuk Tim Optimalisasi Pelayanan

Photo :
  • Twitter @Makkahregion

Ibadah haji tahun ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Selain karena jumlah jemaahnya yang sangat terbatas, penerapan protokol kesehatan yang ketat juga menjadi pembeda dari perhelatan haji setiap tahunnya.

Soal jumlah jemaah haji tahun 2020 memang sempat simpang siur. Awalnya disebut oleh Kementerian Haji Arab Saudi tak lebih dari 10 ribu jemaah. Kemudian menyusut setelah diseleksi menjadi 2.000 jemaah, hingga pada akhirnya ditetapkan sekitar 1.000-an jemaah yang diizinkan menunaikan ibadah haji 2020.

"Jumlah jemaah akan sekitar 1.000, mungkin kurang, mungkin lebih sedikit. Angkanya tidak akan sepuluh ribu atau ratusan ribu," ujar Menteri Haji Arab Saudi Mohammad Saleh Benten dilansir SPA.

Keputusan ini diambil untuk memastikan haji dilakukan dengan cara yang aman dari perspektif kesehatan masyarakat. Selain itu, sambil mengamati semua langkah-langkah pencegahan dan protokol jarak sosial yang diperlukan untuk melindungi dari risiko penularan virus, sesuai dengan ajaran Islam dalam menjaga kehidupan manusia.

Pemerintah Arab Saudi menegaskan penerapan protokol kesehatan menjadi prioritas utama untuk menjaga keselamatan para peziarah sampai mereka kembali ke negara asal mereka dengan selamat.

2. Khusus Warga Saudi dan Ekspatriat 

Photo :
  • Twitter @HajMinistry

Kementerian Umrah dan Haji Arab Saudi mengumumkan hasil pendaftaran jemaah haji tahun 1441 H/2020 di masa pandemi COVID-19. Seperti diketahui, tahun 2020, Arab Saudi tetap menggelar ibadah haji dengan jemaah yang sangat terbatas, dan hanya untuk penduduk atau warga negara yang berada di wilayah Arab Saudi.

Dilansir Arab News, Senin, 13 Juli 2020, berdasarkan hasil seleksi yang dilakukan secara elektronik, pendaftaran ibadah haji di masa pandemi ini diikuti oleh calon jemaah dari 160 negara yang sudah bermukim di Arab Saudi. Selanjutnya, Kementerian Haji memilih siapa yang akan melakukan haji tahun ini.

Permintaan itu diseleksi sesuai dengan standar tinggi untuk memastikan keselamatan dan kesehatan para jemaah haji. Adapun batas waktu untuk semua aplikasi adalah 10 Juli 2020, dan kriteria utama untuk lolos seleksi adalah kondisi kesehatan yang baik.

Dari daftar calon jemaah yang menerima persetujuan berhaji tahun ini, sebanyak 70 persen adalah warga non-Arab Saudi yang tinggal di wilayah Kerajaan dan 30 persen sisanya adalah warga negara Saudi.

3. Wajib Tes COVID-19 dan Dikarantina

Photo :
  • Twitter @HajMinistry

Beberapa persyaratan mesti dipenuhi calon jemaah dalam rangka penyelenggaraan haji dengan jumlah sangat terbatas.

Kondisi kesehatan yang baik menjadi penentu utama untuk memungkinkan berhaji tahun ini. Hanya para ekspatriat dalam rentang usia antara 20 dan 50 tahun dan tidak menderita penyakit kronis apa pun yang boleh mendaftar haji tahun ini.

Selanjutnya, para calon jemaah wajib mengikuti seluruh protokol kesehatan, di antaranya melakukan tes swab PCR COVID-19 sebelum melakukan prosesi puncak haji atau masyair (Arafah, Muzdalifah dan Mina).

Sebelum bertolak ke Mekah, calon jemaah haji wajib melakukan karantina mandiri di rumah masing-masing selama 3 hari. Selama karantina di rumah, jemaah haji yang terdaftar juga akan dilakukan pemeriksaan medis serta diberi vaksin demam dan influenza.

Jemaah juga wajib dikarantina selama 3-4 hari setibanya di Mekah. Jemaah menjalani karantina mandiri di dalam hotel dengan pengawasan ketat dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, sebelum memulai ibadah haji pada 30 Juli 2020. 

Jemaah haji akan diminta untuk menjalani periode karantina kedua setelah selesai menunaikan ibadah haji.

"Keputusan ini diambil untuk memastikan ibadah haji dilakukan dengan cara yang aman dari perspektif kesehatan masyarakat, sambil menjalankan semua tindakan pencegahan dan protokol jarak sosial yang diperlukan," kata pernyataan Kementerian Kesehatan Saudi, dilansir Arab News, Senin, 27 Juli 2020.

4. 13 WNI Lolos Seleksi Haji 2020

Photo :
  • Twitter @CGCSaudi

Konsul Haji di Konsulat Jenderal RI di Jeddah, Endang Jumali, mengatakan persiapan haji 2020 berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk tahun ini, hanya 13  orang warga negara Indonesia yang terdaftar untuk mengikuti ibadah haji.

"Sampai sore ini, jumlah WNI Ekspatriat di Saudi yang terdata sebagai calon jemaah haji ada 13 orang," kata Konsul Haji KJRI Jeddah Endang Jumali dilansir laman Kemenag.go.id, Rabu, 29 Juli 2020.

13 WNI tersebut tersebar di beberapa daerah seperti 1 orang di Riyadh 2 orang di Madinah, 1 orang Yanbu', 4 orang Mekah, 4 orang Jeddah, dan 1 orang di Al Khobar.

Adapun 13 orang tersebut adalah Muhammad Wahyu, Endan Suwandana, Ahmad Sujai, Huda Faristiya, 'Abdul Muhaemin, Siri Marosi, Muhammad Toifurrahman, Ata Farida, Eni Wahyuni, Irma Tazkiya, M Zulkarnain, Ali Muhsin Kemal, dan Akram Hadrami.

Untuk jumlah keseluruhan jemaah haji tahun ini mencapai 1.000 orang, di mana 70 persen di antaranya adalah ekspatriat, dan 30 persen adalah warga negara Saudi dikhususkan bagi mereka yang bekerja di bidang kesehatan dan keamanan.

Dari informasi otoritas Arab Saudi, sebanyak 510 orang jemaah tiba di Bandara Jeddah. Mereka berasal dari Riyadh dan 13 kota lainnya di Arab Saudi. Yakni, 230 orang dari Madinah, 171 orang dari Riyadh, 53 orang dari Syarqiyah, 28 orang dari daerah Asir, Najran, dan Baha. Kemudian Jizan 14 orang, Hudud Syimaliyah, Tabuk dan juga kota lainnya 14 orang.

Sementara itu, untuk kota-kota lainnya yang tidak melalui Bandara Jeddah, seperti Taif, Jeddah, Laits (Mekah) sekitar 430 orang. "Keseluruhannya adalah 1.000 jemaah," ujarnya. 

Untuk angkutan, bus dari bandara ke Mekah per satu bus hanya diisi oleh 12 orang. Sementara itu, untuk hotel yang tersebar di beberapa wilayah, per satu kamar hanya diisi oleh satu orang yang telah disiapkan oleh Kementerian Haji Saudi.

5. Ibadah Haji Gratis, Fasilitas Nomor Wahid 

Photo :
  • Twitter @tanseiqiah

Ibadah haji tahun 2020 yang diselenggarakan di tengah pandemi COVID-19 menuntut setiap kegiatan manusia harus menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona. Selain jumlahnya terbatas, fasilitas yang disediakan pun harus menyesuaikan standar protokol kesehatan.

Mulai dari jumlah jemaah terbatas, yakni hanya warga dan penduduk yang bermukim di Arab Saudi sebelum masa pandemi. Pendaftaran dilakukan secara online oleh Kementerian Haji dan Umrah, hingga terseleksi sekitar seribuan orang pendaftar haji dari 160 negara.

Setelah terdaftar dan lolos seleksi, setiap calon jemaah haji mendapatkan kartu pintar yang memuat semua perincian berkenaan dengan operasi dan manajemen perjalanan haji. Mereka diberikan tas koper
yang berisi berisi dokumen perjalanan, sajadah, alat kebersihan (sabun pembersih, sampo, sikat dan pasta gigi, sisir, cotton bud), masker, kain ihram, kantong untuk lempar jumrah.

Kemudian diberikan tas kecil yang berisi perlengkapan harian, seperti lotion, hand sanitizer tanpa pewangi, payung, tusuk gigi, sajadah, penutup mata dan telinga. Setiap jemaah juga diberikan satu mushaf Alquran.

Calon jemaah sebelumnya diminta melakukan karantina mandiri di rumah sebelum berangkat ke Mekah. Selama karantina di rumah, jemaah haji yang terdaftar mendapatkan pemeriksaan medis serta diberi suntik vaksin demam dan influenza. Setiap calon haji juga dibekali gelang pintar “safe.”

Salah seorang WNI yang menjadi jemaah haji tahun ini menyampaikan testimoninya dalam sebuah video yang diunggah akun Facebook Yoyok Dwi Parindra, bahwa haji tahun ini sangat istimewa. Setiap jemaah mendapatkan fasilitas kamar hotel mewah, lengkap dengan perlengkapan ibadah dan air Zamzam.

Semua fasilitas mewah yang diterima jemaah haji tahun ini, termasuk perlengkapan haji, koper jemaah, akomodasi, transportasi dan konsumsi selama musim haji, semua diberikan secara gratis oleh pihak Kerajaan.

Fasilitas terbaik juga diberikan kepada jemaah haji ketika melaksanakan prosesi ibadah haji selama di Masyair (Mina, Muzdalifah, Arafah). Akomodasi dibuat terpisah untuk setiap jemaah dan mendapat ruangan tidak kurang dari sembilan meter baik saat berada di Mina, Muzdalifah dan Arafah. 

Otoritas mengatur tenda-tenda jemaah di Arafah sedemikian rupa sehingga memungkinkan menerapkan jaga jarak sosial selama pelaksanaan wukuf maupun mabit di Muzdalifah. Sedangkan untuk di Mina, jemaah akan diberikan akomodasi kamar masing-masing di gedung Mina Tower.

6. Tawaf Diberi Jarak 2 Meter

Photo :
  • Twitter @HajMinistry

Regulasi Ibadah haji tahun 1441H/2020 yang dilaksanakan di tengah pandemi COVID-19 menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat. Tak hanya saat kedatangan jemaah, akomodasi maupun hotel jemaah yang diatur dengan protokol kesehatan, pengaturan di Masjidil Haram juga menjadi perhatian Arab Saudi.

Seperti diketahui, kondisi kesehatan yang baik menjadi syarat utama bisa berhaji tahun ini. Hanya mereka yang berusia antara 20 dan 50 tahun dan yang tidak menderita penyakit kronis apa pun yang boleh mendaftar haji tahun ini.

Nantinya, jemaah yang sudah terdaftar dan diizinkan menunaikan ibadah haji oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, akan diberikan kartu pintar yang memuat semua perincian berkenaan dengan operasi dan manajemen perjalanan haji, dan akan dikeluarkan untuk setiap jemaah.

Sumber yang dilansir SaudiGazette, Senin, 13 Juli 2020, mengungkap detail tentang regulasi ibadah haji di tengah pandemi COVID-19. Antara lain, disiapkan jalur khusus yang telah disterilkan untuk para jemaah haji di area Mataf (jalur Tawaf di di sekitar Kabah) dan Mas'a (area untuk ibadah Sai antara Safa dan Marwah). Masing-masing jemaah yang Tawaf dan Sai akan diberi jarak dua meter.

Akomodasi akan dibuat terpisah untuk setiap jemaah dan mendapat ruangan tidak kurang dari sembilan meter di Mina, Muzdalifah dan Arafah. Gedung Mina Tower telah ditunjuk untuk akomodasi para jemaah haji di masa pandemi ini.

7. Tidak Ada Laporan Kasus COVID-19

Photo :
  • WHO

Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengapresiasi pemerintah Arab Saudi yang sukses menyelenggarakan ibadah haji tahun 2020 dengan aman dan menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat kepada para jemaah haji.

"Langkah-langkah yang diambil oleh Arab Saudi selama ibadah haji memberikan contoh bagi negara-negara yang ingin kembali ke kehidupan normal dan beradaptasi dengan kondisi di bawah virus." ujar Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus disadur dari Arab News.

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Arab Saudi, Dr Mohammed Al-Abd Al-Ali, mengatakan hingga saat ini belum menerima laporan ada masalah kesehatan yang dialami jemaah haji, termasuk gejala yang mengarah COVID-19.

"Sangat menenangkan... bahwa tidak ada kasus virus corona atau penyakit lain yang memengaruhi kesehatan masyarakat dilaporkan," kata Mohammed Al-Abd Al-Ali, dalam konferensi pers harian selama musim haji tahun ini.

Al-Abd menerangkan layanan kesehatan sepenuhnya beroperasi dan siap melayani setiap masalah yang muncul dari jemaah. Setidaknya ada 1.456 tempat tidur rumah sakit yang disediakan, termasuk 272 untuk perawatan intensif, 331 untuk isolasi, dan lebih dari 200 di gawat darurat.

Para petugas lapangan dari Kementerian Kesehatan sudah menyiapkan diri untuk persiapan puncak ibadah haji, ketika para jemaah berada di Arafah dan kemudian pindah ke Muzdalifah.

Selain perawatan medis, para petugas juga disiapkan untuk terus menerus mengontrol dan mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan jemaah. Seperti tetap mengenakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak sosial. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya