Ibu yang Bunuh Tiga Anak Kandung Meninggal Dunia karena Tak Makan

Ilustrasi garis polisi di tempat kejadian perkara.
Sumber :
  • VIVA/Dani

VIVA – Ibu pembunuh ketiga anak kandungnya di Nias Utara, berinsial MT, meninggal dunia di RSUD Gunungsitoli, Sumatera Utara pada Minggu pagi 13 Desember 2020, sekitar Pukul 06.10 WIB. Usai membunuh, wanita berusia 30 tahun itu sempat beberapa kali coba bunuh diri, namun berhasil digagalkan.

"Tersangka MT dinyatakan oleh dokter umum piket RSUD Gunungsitoli telah meninggal dunia di RSUD Gunungsitoli," ungkap Perwira Urusan Hubungan Masyarakat (Paur Humas) Polres Nias, Aiptu Yadsen Hulu, kepada wartawan, Minggu siang 13 Desember 2020.

Yadsen menjelaskan, tersangka punya niat bunuh diri setelah aksi pembunuhan terhadap tiga anak kandungnya,  dengan cara menyayat lehernya sendiri dengan menggunakan parang.

"Namun, niatnya tersebut tidak jadi, karena dihalangi atau diselamatkan oleh suaminya, Nofedi Lahagu alias Ama Fina, dan hanya mengalami luka pada bagian leher depan," tutur Yadsen.

Setelah kejadian itu, MT tidak mau makan. Setiap diberi makanan, dia muntah-muntah. Selanjutnya dia dirujuk ke RSUD Gunungsitoli. Tersangka sempat dirawat beberapa hari di rumah sakit itu sebelum menghembuskan nafas terakhir.

"Melakukan pengecekan terhadap tersangka MT yang telah meninggal dunia di RSUD Gunungsitoli. Membuat Berita Acara Serah terima mayat kepada pihak keluarga. Membuat surat pernyataan dari pihak keluarga tersangka MT tidak bersedia autopsi," kata Yadsen.

Baca juga: Tanggapan Jokowi soal Teror di Sigi dan Penembakan 6 Laskar FPI

Diduga stres karena kondisi ekonomi, MT gelap mata sehingga tegah membunuh ketiga anak kandungnya. Pembunuhan terjadi di rumahnya di Dusun II Desa Banua Sibohou, Kecamatan Namohalu Esiwa, Kabupaten Nias Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Strategi Egi Kurangi Kemiskinan di Lampung Selatan

Ketiga korban masing-masing berinisial YL (5 tahun), SL (4 tahun), dan DL (2 tahun). Peristiwa terjadi pada Rabu 9 Desember 2020.

"Terjadi saat ayah para korban sedang menggunakan hak pilihnya ke TPS [Rabu] kemarin," ungkap Paur Humas Polres Nias, Aiptu Yadsen Hulu, kepada wartawan, Kamis siang 10 Desember 2020.

Angka Kemiskinan di Padang Panjang Naik Pasca Erupsi Gunung Marapi

Kabupaten Nias Utara saat itu tengah melaksanakan Pilkada Serentak 2020. Ayah para korban sekaligus suami pelaku, Nofedi Lahagu alias Ama Fina, pergi ke TPS II Desa Banua Sibohou Rabu pagi sekitar Pukul 09.00 WIB.

Dia ikut memilih Bupati dan Wakil Bupati Nias Utara. Nofedi pergi bersama putri sulungnya, SL, serta ayahnya, Faomambòwò Lahagu alias Ama Oti, dan ibunya, Setiani Zega alias Ina Oti.

Soroti Kemiskinan di Jateng, Ahmad Luthfi-Gus Yasin Janjikan Satu KK Satu Rumah Layak Huni

Saat itu, mereka pamit pada MT yang tinggal di rumah bersama tiga putranya, YL, SL, dan DL. TPS yang mereka datangi jaraknya sekitar 5 Km dari rumah yang didiami Nofedi, MT dan 4 anak mereka, serta Faomambòwò dan Setiani.

“Rumah mereka masuk ke pedalaman dan hanya terdapat beberapa rumah, jarak tiap rumah berjauhan,” ungkap Yadsen.

Mereka pun pulang ke rumah sekitar pukul 12.00 WIB. Faomambòwò, Setiani, dan SL pulang ke rumah. Sementara Nofedi masih tinggal di TPS. Saat tiba di rumah sekitar pukul 13.30 WIB, Faomambòwò, Setiani, dan Sefrina melihat YL, SL, dan DL, dalam keadaan dan tidak sudah bergerak sambil berlumuran darah.

Kemudian, mereka melihat ada luka gorok di leher mereka. Sementara MT tidur telentang di samping mereka. Sebilah parang ada di sisinya. Pihak keluarga kaget melihat kejadian tersebut. Sekitar pukul 16.00 WIB, Nofedi tiba di rumah dan diberitahu mengenai kejadian itu.

Warga sekitar lalu melaporkan kejadian tersebut ke kepolisian setempat. Personel Polsek Tuhemberua mendapat informasi telah terjadinya peristiwa pembunuhan. Kapolsek Tuhemberua, AKP Ibe J Harefa, bersama Kasat Reskrim Polres Nias, AKP Junisar R Silalahi, bersama tim personel langsung menuju tempat kejadian.

“Jasad ketiga korban dievakuasi ke RSUD Gunungsitoli untuk dilakukan visum et repertum,” ungkap Yadsen.

MT sudah diperiksa. Dari pemeriksaan awal itu sudah diketahui motifnya membunuh anak-anak. “Pelaku melakukan pembunuhan tersebut karena faktor himpitan ekonomi,” jelas Yadsen. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya