Ridwan Kamil Sebut Jawa Barat Krisis Petani dalam Pandemi COVID-19

Bantuan Perahu Wisata di Situ Rawa Besar Depok, Ridwan Kamil
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan pemulihan ekonomi pangan dampak pandemi COVID-19 pada sektor pangan secara makro dimulai 2021. Caranya dengan memproduktifkan ribuan hektare lahan menganggur dan regenerasi petani di Jawa Barat yang kini memasuki usia pensiun dengan program petani milenial.

Daftar Harga Pangan 6 November 2024: Beras hingga Telur Ayam Naik

Pemulihan ekonomi pangan dengan program itu berlangsung dengan penekanan menanam yang dibutuhkan untuk pasar ekspor yang dibeli langsung oleh pemerintah. Selain itu, menerapkan bertani dengan sistem digital untuk menambah waktu panen.

Berdasarkan survei pertanian antarsensus (sutas) 2018 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah petani di Jawa Barat mencapai 3.250.825 orang. Dari jumlah tersebut, petani yang berusia 25-44 tahun hanya 945.574 orang atau 29 persen.

RK Pede Hadapi Debat Ketiga soal Tata Kota: Keilmuan Saya di Situ

"Saya lihat anak muda enggak senang kembali ke desa, jadi krisis petani. Sebanyak 75 persen petani ini usianya di atas 45 tahun, berarti anak-anaknya ini tidak bangga jadi petani, ingin nyoba ke kota," ujar Ridwan di Bandung, Jumat, 11 Desember 2020.

Untuk meyakinkan potensi menjanjikan itu, Ridwan mempertemukan para petani dan pengusaha teknologi dalam West Java Food and Festival 2020. Dalam kesempatan itu, teknologi untuk kebutuhan produksi pangan ditawarkan untuk bertransisi dari konvensional ke digital.

1 Jutaan UMKM Pertanian hingga Perikanan Utangnya Bakal Diputihkan, Nilainya Rp 10 Triliunan

"Jadi tidak perlu beripikir menanam apa, menjual ke siapa, itu urusan pemerintah. Jadi simbol pasca-COVID-19: tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia. Kurang nikmat apa teknologi mengubah cara pandang kita," ujarnya.

Ribuan hektare lahan tak produktif di Jawa Barat milik pemerintah maupun swasta tersebar di daerah-daerah. "Tanah nganggur banyak sekali, jadi ilalang, jadi rumput tidak berguna sama sekali. Padahal saya dibisiki: tanah Jawa Barat itu, salah satu tanah tersubur di dunia--ini catatan dari profesor, karena letusan gunung berapi juta tahun lalu mengakibatkan apa pun yang ditanam, jadi (tumbuh)," katanya.

Karena itu, Ridwan Kamil memastikan lahan tersebut akan disewa untuk menanam pangan untuk kebutuhan ekspor. "COVID-19 memberikan momentum bahwa kita tidak boleh di zona nyaman lagi jelang 2021. Intinya tanah dipinjam oleh negara untuk dijadikan program petani milenial, untuk menanam sesuatu. Sesuatunya gimana kita, kita yang wajib membeli."

Pemulihan ekonomi di masa pandemi COVID-19 menjadi titik balik Jawa Barat menjadi pemain utama untuk ekspor dan mengurangi ketergantungan impor pangan. Selama ini, katanya, kebutuhan pangan di Jawa Barat cukup bergantung pada impor secara regional maupun internasional, padahal tanahnya begitu subur.

Sistem dagang pada sektor petani pun akan diubah agar memberikan keuntungan yang adil. "Saya lihat kenapa ada petani punya tanah dua hektare tapi pendapatan hanya dua juta per bulan. Ternyata jual gabahnya Rp7 ribu ke tengkulak. Jadi yang menikmatinya orang orang yang tidak berkeringat. Sistem dagangnya harus diperbaiki," katanya. 

#ingatpesanibu
#satgascovid19
#pakaimasker
#cucitanganpakaisabun
#jagajarak

Baca juga: Ekonomi Digital Jabar Tumbuh 40 Persen Selama Pandemi COVID-19

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya