Tahun Depan Sistem Asesmen Nasional Diterapkan Ganti Ujian Nasional
- VIVA/Yasir
VIVA – Pada 2021, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mengganti sistem ujian nasional UN) menjadi asesmen nasional atau AN. Sistem AN ini adalah pemetaan mutu pendidikan untuk seluruh sekolah, madrasah, dan program kesetaraan jenjang mulai dari tingkat dasar sampai tingkat menengah.Â
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Toto Suprayitno, mengatakan, asesmen nasional (AN) terdiri atas tiga bagian yakni Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar. Menurut Toto, ini dirancang untuk memantau dan mengafiliasi sistem pendidikan dasar dan menengah.
"Kami ingin sampaikan komponen asesmen nasional ini sebagaimana sudah sering kami sampaikan di awal juga. Asesmen nasional terdiri dari tiga aspek, AKM literacy dan numeracy, Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar," kata Toto dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI, Senin 16 November 2020.
Dalam AKM, terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur yaitu literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Dua hal ini merupakan kompetensi mendasar yang diperlukan semua siswa untuk bisa belajar sepanjang hidup mereka.
"Pengukuran literacy dan numeracy mendorong guru agar lebih fokus dengan perkembangan budaya nalar. Jadi tidak sekadar mengingat, memberikan pengetahuan yang banyak tetapi dangkal. Ini istilah orang pendidikan deep learning yang dituju itu," ujar Toto.
Selanjutnya, komponen di dalam AN lainnya adalah Survei Karakter, yang merupakan komponen non kognitif. Menurut Toto, memang karakter sulit diukur secara mendalam di dalam asesmen berskala besar, tapi Survei Karakter ini diharapkan bisa memberikan informasi yang berharga tentang sikap nilai dan kebiasaan anak yang mencerminkan profil pelajar Pancasila.
"Jadi kriterianya nanti fokus pada profil pelajar Pancasila. Survei Karakter memberi sinyal bahwa sekolah perlu memperhatikan tumbuh kembang siswa secara utuh. Yang ini barangkali pada masa lalu sering dilupakan bahwa bagian penumbuhan anak tak hanya otak, tapi juga hati dan rasanya kognitif dan non kognitifnya," kata Toto.
Komponen selanjutnya, yakni Survei Lingkungan Belajar. Menurut Toto, lingkungan belajar ini merupakan sistem pendukung belajar pada anak.
"Sistem pendukung supaya dua hasil belajar tadi tercapai tentang kualitas pembelajarannya, keamanan sekolah, inklusivitas sekolah, refleksi guru dan seterusnya. Kami harapkan dengan tiga aspek tadi asesmen ini akan menghasilkan potret yang butuh bagi setiap sekolah di Indonesia," ujar Toto.
Tito menegaskan, asesmen nasional ini tidak mengukur prestasi dari siswa. Tetapi prestasi siswa itu diukur dan dievaluasi oleh satuan pendidikan. Asesmen nasional juga hanya diikuti oleh sebagian siswa yang terpilih secara acak. "Ini memperjelas bahwa asesmen bukan evaluasi individu siswa, tapi evaluasi sistem satuan pendidikan," ujar Toto. (art)