Soal Jakarta Amburadul, PDIP Sebut Megawati Tak Ingin Pecah Belah

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri
Sumber :
  • VIVA/Eduward Ambarita

VIVA - Politikus PDIP, Jhonny Simanjuntak, menyatakan bahwa pernyataan Megawati Soekarnoputri soal Jakarta amburadul tidak bermaksud memecah belah atau membuat gaduh. Menurutnya, itu hanya soal pilihan diksi.

Jelang Pilkada, Megawati Soekarnoputri Minta Warga Pilih Pemimpin yang Punya Prestasi Baik

"Pernyataan Ibu Mega tetap pada fakta yang ada di lapangan," kata Jhonny dalam perbincangan dengan tvOne, Rabu, 11 November 2020.

Baca juga: Kritik Jakarta Amburadul, Megawati Banggakan Solo dan Surabaya

Megawati Turun Gunung, Ultimatum Kader PDIP Menangkan Risma-Gus Hans di Jatim

Jhonny juga menyebut bahwa kata amburadul itu merupakan terapi kejut bagi Pemprov DKI. Dia menyinggung soal banjir, juga pelayanan publik.

Dahulu, kata dia, pelayanan publik di kelurahan sudah berjalan baik. Tapi sekarang menjadi buruk.

Andika-Hendrar Prihadi Didoakan Warga Klaten Jadi Pemimpin, Hasto PDIP Sampaikan Pesan Megawati

"Lurah itu kan feodal, dulu pelayanan baik, sekarang nggak lagi. Lurah datang jam 10," ujar Jhonny.

Kemudian, lanjut dia, Jakarta yang akrab dengan air tapi kali-kali tidak dikeruk. Jhonny mengingatkan bahwa masyarakat Jakarta bersifat egois, tapi pekerja Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) tidak dimaksimalkan dengan baik.

Tidak berhenti di sana, Jhonny melanjutkan, Monas yang dahulu ditata kini tidak lagi.

"Pohon-pohon ditebas, seenaknya, segampang itu. Jakarta itu dibangun secara terencana bukan dadakan," katanya.

Jhonny lantas mengkritik kepemimpinan saat ini tidak melanjutkan kebijakan kepemimpinan sebelumnya yang positif.

Sebelumnya, Megawati membandingkan kondisi Jakarta saat ini yang amburadul. Berbeda saat ia awal pindah ke Jakarta dari Yogyakarta pada 1950.

"Karena saya juga saksi hidup di Jakarta ini. Tetapi sekarang Jakarta ini jadi amburadul. Karena apa? Seharusnya jadi City of Intellect bisa dilakukan. Tata kota, masterplan-nya, siapa yang buat? Tentu akademisi, insinyur, dan sebagainya," tutur Megawati.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya