Kritik Jakarta Amburadul, Megawati Banggakan Solo dan Surabaya
- ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
VIVA – Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri memuji prestasi sejumlah kadernya yang menjadi kepala daerah. Ia menyinggung keberhasilan tiga kader PDIP yang juga menjabat wali kota di Semarang, Solo, dan Surabaya.
Tiga kader PDIP itu yakni Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini belum lama ini menerima penghargaan 'Kota Mahasiswa' atau City of Intellect dari Universitas Negeri Jakarta.
"Terima kasih yang jadi peringkat kesatu, kedua, dan ketiga, Semarang, Solo, Surabaya. Itu adalah anak-anak dari partai saya," kata Megawati dalam acara Dialog Kebangsaan Pembudayaan Pancasila dan Peneguhan Kebangsaan Indonesia di Era Milenial secara virtual, Selasa 10 November 2020.
Megawati pun menceritakan istilah kota ilmu pengetahuan itu diingatnya dicetuskan oleh ayahnya yang tak lain sang proklamator Presiden pertama RI, Soekarno atau Bung Karno. Saat itu, Bung Karno pertama kali memberikan predikat 'Kota Mahasiswa' saat menandatangani prasasti gedung UNJ pada 1953.
Baca Juga: Megawati: Apa Sumbangsih Generasi Milenial Terhadap Bangsa?
Terkait itu, ia mengaku memang menitipkan pesan kepada kader PDIP yang menjadi kepala daerah agar menjadikan suatu kota sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban sebuah bangsa.
"Saya bila ke Hendi ketika saya rekomendasi, tugasmu cuma satu, bikin Kota Semarang jadi bagus," ujar Presiden kelima RI tersebut.
"Sama juga sama Rudy di Solo. Saya tugasi, tolong bikin rakyat di Solo nyaman. Saya dengar universitas di sana ini juga buka bagian boga. Bayangkan Kota Solo itu makanannya enak-enak. Saya pernah diajak kawan saya, mau salat Subuh, kembali salat Subuh lagi, untuk wisata kuliner, rasanya enak dan murah meriah," lanjut Megawati.
Adapun penghargaan kota intelektual berdasarkan riset oleh tim yang dipimpin Ketua Senat dan Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Hafid Abbas. Ia pun menyayangkan, UNJ yang berlokasi di Rawamangun, Jakarta, belum masuk kategori City of Intellect.
Padahal, pencanangan status tersebut atau prasasti pertama kali ada justru berada di sana.
"Jadi, para akademisi, saya mohon sangat, secara akademis kita melihat kita ini tujuannya mau ke mana," ujar Megawati.
Dia pun membandingkan kondisi Jakarta saat ini yang amburadul. Berbeda saat ia awal pindah ke Jakarta dari Yogyakarta pada 1950.
"Karena saya juga saksi hidup di Jakarta ini. Tetapi sekarang Jakarta ini jadi amburadul. Karena apa? Seharusnya jadi City of Intellect bisa dilakukan. Tata kota, masterplan-nya, siapa yang buat? Tentu akademisi, insinyur, dan sebagainya," tutur Megawati.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto, menilai penghargaan sekaligus kegiatan dialog ini merupakan gagasan yang baik. Para pemikir, ilmuwan, akademisi dan juga praktisi bisa membawa idenya sambil membangun kebersamaan.
Kata Hasto, UNJ mampu meletakkan arah pendidikan Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
"City of Intellect ini tidak bebas nilai. City of Intellect yang digagas Bung Karno melekat pada falsafah bangsa dan diharapkan dengan falsafah itu, kita punya cara pandang Indonesia melihat dunia," tutur Hasto.