Budidaya Maggot, Mereduksi Sampah Organik hingga Keuntungan Ekonomis

Budidaya Maggot dan Bank Sampah.
Sumber :

VIVA – Sampah organik tidak lepas dari keseharian kita. Bahkan, 53 persen komposisi sampah di Jakarta berasal dari sampah organik. 

Mengatasi permasalahan sampah, Pemprov DKI pun telah menekankan perlunya pengolahan dan pemilahan sampah langsung di sumbernya, yaitu rumah tangga.

Aturan pengelolaan sampah juga telah diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah pasal 12 ayat (2), yaitu: Penanggung jawab dan/atau pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas lainnya dan kegiatan keramaian sesaat, wajib melaksanakan pengelolaan sampah.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengatakan bahwa pengelolaan sampah kawasan secara mandiri mengutamakan prinsip bahwa pengelolaan sampah harus selesai terkelola di sumber sampah.

Sampah organik dan anorganik

Dalam skala rumah tangga, menurut Andono sampah organik dari sisa makanan dan dedaunan bisa diolah dengan komposter sederhana atau lubang biopori. Sedangkan sampah anorganik yang bernilai ekonomis dapat ditabung melalui bank-sampah terdekat.

Salah satu cara yang dikenalkan untuk mengurangi sampah organik dari rumah tangga adalah dengan melakukan budidaya Maggot atau Larva Black Soldier Fly (BSF).

“Banyak penelitian yang telah membuktikan efektivitas maggot dalam mereduksi sampah organik. Sampah organik yang dimakan maggot akan menjadi kompos," kata Andono.

Menurutnya, maggot atau larva BSF bukan merupakan faktor penyakit dan relatif aman untuk kesehatan manusia.

Populasi lalat BSF justru mampu mengurangi populasi lalat M. domestica (lalat rumah). Apabila dalam sampah organik telah didominasi oleh larva BSF, maka lalat M. domestica tidak akan bertelur di tempat tersebut.

Maggot lalat tentara hitam bernilai ekonomi tinggi. Telur lalat mempunyai harga jual yang tinggi. Selain itu, maggot dapat diolah menjadi maggot beku, maggot kering, tepung maggot, dan lain-lain, untuk digunakan sebagai pakan alternatif protein tinggi untuk ternak, unggas dan ikan.

Siklus dari BSF, menjadi Maggot, hingga menjadi pupa. Siklusnya terjadi selama 40 - 44 hari.

Dari sejak berbentuk telur lalat, Maggot membutuhkan sampah organik untuk tumbuh selama 25 hari sampai siap dipanen.

Selain itu, Maggot memiliki kemampuan mengurai sampah organik 1-3 kali dari bobot tubuhnya selama 24 jam. Bahkan, bisa sampai 5 kali bobot tubuhnya.

Satu kilogram Maggot dapat menghabiskan 2 sampai 5 kilogram sampah organik per hari. Bayangkan saja, betapa banyak sampah organik yang dapat tereduksi dalam sehari.

Pemprov Jakarta Bakal Kaji Wacana Kantin Sekolah Dipungut Pajak

Maggot yang sudah menjadi prepupa ataupun bangkai lalat BSF dapat digunakan sebagai pakan ternak karena kaya protein.

Kepompongnya pun dapat dimanfaatkan menjadi pupuk. Sehingga, tidak menimbulkan sampah baru. Ada juga nilai ekonomisnya jika kita membudidaya Maggot. 100 gram Maggot kering bisa dijual dengan harga 15.000 sampai 30.000 Rupiah.

Dinas Pertamanan Temukan Penebangan Pohon di Menteng Diduga Tanpa Izin

Lalu, bagaimana kita dapat membudidayakan Maggot di lingkungan tempat tinggal?

1. Siapkan kandang lalat BSF, tertutup dengan kawat/kasa dan pastikan tetap terkena sinar matahari, karena lalat butuh sinar matahari untuk kawin. Semprotkan air untuk menjaga kelembaban. Kamu bisa mengundang lalat BSF dengan membuat makanan yang disukainya, seperti mencampur bekatul, air, penyedap rasa, bioaktivator EM4, dan gula pasir.

Dukung Perombakan Pejabat di Lingkungan Pemprov DKI, Pengamat: Tingkatkan Sinergitas Antar Birokrasi Dari DKI ke DKJ

2. Gunakan kardus, kayu, board (yang memiliki celah), untuk tempat lalat BSF betina bertelur.

3. Taruh telur di atas dedak yang dibasahi. Telur menetas dalam 3-4 hari.

4. Siapkan rak / biopond untuk tempat Maggot tumbuh dan mereduksi sampah organik.

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta terus mendukung budidaya Maggot yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya, di pesantren yang terletak di Jakarta Timur.

Dengan membudidaya Maggot, reduksi sampah organik di pesantren ini dapat mencapai 400 kilogram dalam sehari. Para santri juga menggunakan Maggot sebagai pakan ternak mereka, seperti ikan dan ayam.

Selain budidaya maggot, setiap kelurahan di wilayah administratif DKI Jakarta juga didorong untuk mengelola bank sampah.

“Dinas LH saat ini sedang mengembangkan pengolahan sampah organik dapur dengan teknologi biokonversi Black Soldier Flies, Maggot. Melalui teknik ini, sampah organik, khususnya yang dari dapur bisa kita konversikan menjadi protein dalam bentuk pupa dari Black Soldier Flies. Pupa ini akan bisa kita gunakan selanjutnya untuk pakan ternak, unggas maupun ikan. Di samping itu, kita juga bisa memanfaatkan kemampuan dari Black Soldier Flies ini untuk menguraikan sampah dalam waktu yang relatif cepat. Itu bisa kita habiskan sampahnya dalam waktu 1 hari. Mari warga Jakarta kita akan bersama-sama mengurangi sampah organik di Jakarta ini dengan menggunakan Maggot Black Soldier Flies. Dengan demikian, sampah di Jakarta akan bisa berkurang sangat signifikan,” tutup Andono.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya