Fenomena Awan Lentikularis Muncul, Berbahaya bagi Penerbangan

Fenomena awan Lentikularis di sekitar Gunung Arjuno, Jawa Timur.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya (Malang)

VIVA – Fenomena awan lentikularis muncul di atas Gunung Arjuno, Jawa Timur pagi tadi, Kamis, 5 November 2020. Fenomena ini terlihat jelas di sekitaran Malang dan Kota Batu. Warga pun mengabadikan momen langka awan mirip UFO ini dengan mengambil gambar foto atau pun video.

Terbang ke Masa Lalu, Pesawat Ini Berangkat di Tahun 2025 dan Mendarat di 2024

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda, Teguh Tri Susanto, mengatakan fenomena ini jarang terjadi. Biasanya, terjadi hanya di sekitaran Gunung atau dataran tinggi. Secara umum tidak berbahaya bagi masyarakat. Namun, berbahaya bagi jalur penerbangan.

"Awan yang tampak seperti itu (UFO) adalah awan lentikularis, yang tumbuh di sekitaran gunung atau dataran tinggi. Secara umum tidak berbahaya akan tetapi bagi dunia penerbangan cukup berbahaya, karena pesawat akan mengalami turbulensi atau guncangan," kata Teguh, Kamis, 5 November 2020.

Erick Thohir Evaluasi BUMN Penerbangan RI Imbas Kecelakaan Pesawat di Korea

Baca juga: Takut Esemka Sepi Pembeli, UAS Tak Berani Boikot Produk Prancis

Secara ilmiah, awan lentikularis terjadi akibat adanya gelombang gunung atau angin lapisan atas permukaan gunung yang cukup kuat. Gelombang yang terjadi di satu sisi kemudian membentur dinding pegunungan. Sehingga terjadilah bentuk awan bertingkat dan berputar.

Sebanyak 68 Ribu Penerbangan Jeju Air Dibatalkan Setelah Kecelakaan Maut Tewaskan 179 Orang

"Awan lentikularis terjadi akibat adanya gelombang gunung atau angin lapisan atas (di atas permukaan) yang cukup kuat dari suatu sisi gunung membentur dinding pegunungan. Sehingga menimbulkan turbulensi di sisi gunung lainnya dan membentuk awan-awan bertingkat yang berputar seperti lensa," ujar Teguh.

Teguh menerangkan, awan-awan ini mengindikasikan adanya turbulensi atau putaran angin secara vertikal yang cukup kuat di sekitaran Gunung Arjuno yang memiliki ketinggian 3.339 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sehingga berbahaya bagi penerbangan rendah seperti helikopter di sekitar awan.

"Fenomena awan ini secara meteorologi, tidak mengindikasikan fenomena lain seperti akan datangnya gempa atau bencana besar lainnya. Awan tersebut hanya mengindikasikan adanya turbulensi di lapisan atas (bukan di permukaan bumi),” katanya.

Fenomena ini, lanjut dia, jarang terjadi dan hanya bersifat momentum atau waktu-waktu tertentu. “Biasanya ditandai adanya kecepatan angin yang cukup kuat lebih dari beberapa hari di sekitar pegunungan," tutur Teguh. (ase)

Bandara yang dikelola InJourney Airports [dok. Humas InJourney Airports]

InJourney Airports Layani 155,9 Juta Penumpang Pesawat Sepanjang 2024

PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports) berhasil membukukan peningkatan jumlah penumpang pesawat dan volume angkutan kargo di 37 bandara sepanjang tahun 2024.

img_title
VIVA.co.id
13 Januari 2025