Keinginan Pengungsi Syiah Sampang Pulang Kampung
- bbc
Pengungsi ini menceritakan, pada 10 September lalu, Tajul Muluk dan penyintas Syiah mengirimkan surat permohonan ke Pemkab Sampang yang isinya menyatakan mereka kembali ke Suni dengan sadar dan minta difasilitasi proses pembaiatannya.
"Tapi, tiga bulan sebelumnya, Pemkab Sampang telah terlibat dalam pemindahan anak-anak rusun dari lembaga pendidikan Syiah ke Suni, bahkan melibatkan petinggi aparat keamanan yang memindahkan dan mengantar ke sana," katanya.
Artinya, katanya mencoba mengambil kesimpulan, pemerintah sudah tahu dan terlibat dari awal.
"Surat itu hanya skenario, dan dikonstruksikan seolah-olah alamiah. Padahal semua langkah diambil di rusun, para pemangku kebijakan sudah tahu dari awal," katanya.
Merelokasi para pengungsi
Tidak berhenti di pembaiatan, kini Pemkab Sampang tengah berkomunikasi dengan seluruh pihak untuk membicarakan nasib Tajul Muluk dan pengikutnya selanjutnya.
Terdapat banyak konsep yang sedang dipikirkan, seperti di antaranya adalah merelokasi mereka dari Rusunawa Puspa Agro.
"Dan memberikan mereka bantuan perumahan bunga 0%, atau tanpa uang muka, atau membantu cicilan dengan memasukan satu orang anggota keluarga ke perusahaan untuk bekerja. Semua itu kami pikirkan," katanya.
"Semuanya harus berpikir bersama, dari masyarakat kampung hingga pemerintah pusat, bagaimana nasib saudara kita usai pembaiatan. Itu tanggung jawab kita semua," katanya.
Termasuk juga kemungkinan mereka untuk kembali ke kampungnya, walaupun Junaidi menegaskan tidak ada keinginan Tajul Muluk untuk pulang.
"Kecuali umpamanya Tajul Muluk ada satu klausul menyatakan setelah pembaiatan ingin pulang, dan para ulama menerima, itu akan kami komunikasikan. Tapi selama ini, Tajul Muluk tidak pernah meminta apa-apa ke kami," katanya.