Baiat Pengungsi Syiah Sampang jadi Suni: Cari Jalan untuk Pulang
- bbc
Namun luka lama yang dialami warga desa mereka sebutkan bisa pulih dan kepercayaan kembali tumbuh dengan satu syarat, yaitu mendapatkan izin para ulama usai menjalani penggemblengan di pesantren Suni untuk kembali ke kampung halaman.
"Seandainya sudah digembleng dan betul-betul 100% kembali ke Suni, dan dikembalikan oleh ulama Sampang dan Madura ke sini, kami terima. Jangan pemerintah yang mengantar, tapi harus ulama," katanya.
"Namun prosesnya untuk 100% itu panjang, bisa lima hingga 10 tahun bahkan lebih karena itu sudah terlalu mengakar di mereka," katanya.
Alasan warga menolak jenazah
Selain menolak pengungsi Syiah - yang sudah sekitar delapan tahun tinggal di rumah susun di Sidoarjo, Jawa Timur - warga desa setempat juga tidak rela menerima jenazah yang akan dimakamkan di desa mereka.
Saat ditanya mengapa jenazah pengungsi ditolak untuk dimakamkan di kampung? Mahdi Salim mengatakan karena warga tidak mengizinkan.
Untuk itu, Tim 5 menghalau jenazah tersebut dengan tujuan mencegah munculnya kerusuhan kembali.
"Saat jenazah dibawa ke sini, masyarakat sudah tahu dan kumpul semua. Mereka membawa celurit. Pokoknya, seandainya yang mengantar 10 mobil, tidak akan kembali lagi 10 mobil. Sudah banyak yang siap untuk carok.
Masyarakat sudah kumpul dan beringas semua. Kalau jenazah sampai sini, takut tempur lagi. Makanya kami halau," kata Mahdi.
Alat-alat pemakaman seperti cangkul dan tali, kata Mahdi, kemudian dikuburkan oleh massa ke dalam liang yang sudah digali.
Jangan sampai ada lagi pertumpahan darah
Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Sampang Bukhori Maksum tidak mau berkomentar saat kami tanyakan terkait reaksi warga dan rencana baiat dan pulangnya Tajul Muluk dan para pengikutnya.
Sekretaris Jenderal Aliansi Ulama Madura (AUMA) Fadholi Mohammad Ruham mengatakan, ulama se-Madura menyambut baik keputusan Tajul Muluk kembali ke Suni.
Tapi untuk kemungkinan Tajul Muluk dan pengikutnya kembali ke Madura, kata Fadholi, ada di tangan masyarakat.
"Info yang sampai ke kami hingga kini, mereka belum diterima oleh masyarakat, kenapa? Karena dikhawatirkan taqiyyah. Itu saja persoalannya. Urusan pulang ke Madura atau tidak itu terserah Tajul Muluk dan masyarakat di sana," katanya.